tapak.dunia
Alhamdulillah hanya dari sekadar guyonan kami bisa mengubahnya menjadi sebuah kreativitas dan menelurkan karya.
Komik strip ini saya buat sebagai manifestasi atas kegelian bahkan kegelisahan kami, mengenai modernitas kekinian yang menggeser budaya populer dahulu.
Terambil dari fakta-fakta konkret. Lusa teman saya mendengar obrolan anak-anak kecil , oke katakan saja anak Sd yang sore hari itu Tpa, tengah membicarakan soal game online di gadget. Sebuah fenomena yang sudah biasa dalam konstelasi modern. Anak-anak kecil bicara soal game! Okelah mungkin masih umum, tetapi dengan serba tahunya mereka mengenai game seolah-olah mengabarkan bahwa orang tuanya memberi akses yang luas bagi anaknya. "Eh,, game kamu kok bagus, Share It dong share it!!,,.
Adalah suatu keadaan yang sangat jauh dibanding anak-anak era 90-an, paling jauh sampai 2006 lah menurut saya karena kala itu saya kelas 6 dan belum terkontaminasi modernisasi layaknya sekarang. Dahulu anak-anak kita kaya akan beragam permainan. Permainan tradisional. Tidak melulu soal bermain dan permainan, mereka diberitahu oleh konstelasi zaman dan diajarkan makna sejati yang dinamakan kearifan budaya. Permainan yang tercipta zaman dulu merupakan manifestasi/perwujudan dari alam itu sendiri.
Mereka diajari bahwa alam dapat di daya gunakan sedemikian rupa sehingga tumbuhlah kreativitas yang muncul dari diri anak yang kini sebagian tinggal cerita dan artefak. Mereka masih murni, asri, belum terkontaminasi budaya popular abad ini. Apalagi handpone, gadget, game online dan wama yataallaqu biha. Seperti itu dahulu. Alhamdulillah saya masih bisa merasakan itu semua, untuk itulah saya bercerita di sini. Semakin ke sini, saya merasa kehilangan budaya itu atau barangkali malah kehilangan peradabannya. Pasca-modernisasi, keseruan-keseruan tersebut kini mengalami dekadensi bahkan terdegradasi.
Tiada upaya untuk mempertahankan kebudayaan kita yang Adi luhung itu. Cerita tinggal cerita. Segalanya berasa modern, memang yang instan terasa mudah sederhana dan cepat, tetapi kita telah menghilanglan hal yang berharga bahwa dengan proses kita akan mengerti siklus kehidupan yang berotasi ini. Anak" kini pun terkena dampak globalisasi itu.