Ungkapan "Seger Kuwarasan" sering aku mendengar dari orang-orang tua kala masih kecil, simbahku tepatnya. Dan bayangkan aku baru memahaminya sekarang, betapa hancur sudah akal dan rasaku karena sangat terlambat dalam memahami indahnya ungkapan itu. Dari dua kata itu saja sudah mengantarkanku ke cakrawala. Dan saat ini aku baru menemukan setidaknya level atau tingkatan pemahamannya mungkin "sama" aku juga tidak bisa memastikan itu tentunya, tetapi jika dari khazanah bahasa arab, ungkapan tersebut berbunyi "Sehat wal Afiat".
Dua-duanya terdapat komponen yang sama "dua kata" wawu itu sebagai penghubung, di dalam bahasa arab bisa berarti maktuf maktuf alaih, na'at man'ut atau sifat mausuf, dan taukid atau penguat, dan mohon jangan menerapkan gramatikalnya secara persis! Jelas ada yang keliru dengan memakai term itu, sekali lagi aku menulis ini dengan mengendarai "roso". Untuk sehat wal afiat sendiri aku belum bisa menemukan makna afiat-nya selain sebagai penguat sehat, sebuah susunan taukid muakkad yang menandakan pentingnya informasi yang diungkapkan, dalam pada itu bunyinya " Sehat wal Afiat" Ke-kongruen-nan yang dibangun dalam satu sambungan.
Sedang Jawa berbunyi "Seger Kuwarasan", dua kata yang mempunyai makna kesinambungan dan dua variabel yang saling menguatkan, dari wadak dan rohani. Sederhananya gabungan kesehatan badan dan mental, jiwa jadi satu. Ini menunjukkan cara berpikir orang Jawa sangat presisi dan akurat, hanya untuk urusan ungkapan syukur saja mereka bisa meleburkan dua kata, makna jadi begitu indah dan komprehensif.
"Seger" adalah upaya menjawab sehat badan dalam kondisi yang fit dan prima sebagai syarat menjalani pekerjaan sehari-hari. Lalu "Kuwarasan" merupakan respon untuk menunjukkan keadaan jiwa, mental, batin, dan rohani manusia itu sendiri. Waras menurut orang Jawa namanya sehat akal pikiran dan keempat yang aku sebut tadi. Dengan ungkapan itu sangat jelas bagaimana orang Jawa membuktikan komposisi cara berpikir yang presisi bahkan akurat. Tidak heran peradaban orang Jawa sangat tinggi di berbagai faset kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar