Di sini Ceritanya Wongsello


Jumat, 29 Desember 2017

Fajar Senja Yang Tak Kunjung Selesai


                           R. Amin Sikak.com

Layaknya Snow ball yang terus menggelinding tanpa ujung. Senja, Fajar dan apapun itulah yang sekiranya menawan pemandangan dan menarik kamera untuk men-shoot tiap angel yang di tawarkan acapkali telah membuat manusia keseringan membahasnya, atau dengan sederhana dielu-elukan dan ada sebagian yang membandingkan antara keduanya itu, Fajar dan Senja lebih Indah mana?.

Ini sebenarnya pertanyaan default yang umum, tapi mungkin jarang di lontarkan. Hanya beberapa gelintir orang saja yang cukup selo untuk mencari-carinya. Ada yang berpendapat kalau Senja itu lebih indah dengan segala kilau semburat warna kuning merah nyala dapat menembus gumpalan awan sore. Yang lain berargumen bahwa Fajar lebih menawan karena untuk menemuinya saja harus berpayah-payah bangun pagi, dengan tangisan, dan lainnya. Apalagi jika dilihat dari cahaya yang mencuat keluar dari ufuknya ini menjadikan Pagi/fajar seperti menemui kelahirannya kembali atau kelahiran baru bagi kosmos semesta raya ini. Pun dapat dianalogikan dengan kelahiran jiwa baru atau manusia baru bagi mereka yang menterjemahkan.

Saya gak akan condong di salah satu pihak. Namun, akan memberikan opsi lagi terkait Fajar dan Senja yang tiap hari kita jumpai agar hidup ini lebih banyak variasi dalam pemandangan.

Kalau menurut saya, kita ini hanya fokus di titik awal dan akhir, ah atau begini saja kebanyakan manusia lebih suka kesimpulan ketimbang memulai dan mengawali suatu hal. Jelas kan, kita sering bangun siang dan menyia-nyiakan pagi hari dan untuk mencari gantinya manusia menunggu waktu sore hari untuk melihat senja dan diabadikan, kita biasa menumpuk tugas dan belajar ketika ujian kebanyakan hanya di akhir menjelang deadline, iya kan!. Itu adalah momen yang siapa saja bisa larut dalam ke-senja-an nya. Jadi jika dilihat dari perspektif ini pihak senja terasa terdiskreditkan karena mereka hanya mencoba mencari kesimpulan di akhir waktu. Sedangkan yang pro Fajar melihat dari sudut pandang reinkarnasi atau kelahiran baru bagi mereka yang menghendaki. Artinya orang menanti Fajar bukan karena untuk mencari kesimpulan waktu atau momen, tapi mencari jiwa baru yang mungkin dalam tanda kutip "Tuhan berikan bagi yang siap jiwanya dilahirkan kembali". Entahlah, ini hanya asumsi. Kalian boleh menolak, tapi jangan langsung diterima, sebab elaborasi di setiap hal dan keadaan itu perlu. Jadi di titik ini Fajar lebih well. 

Sementara, kalau saya sendiri melihat kedua soal itu tidak sebagai suatu hal atau blok yang berbeda dan terbagi dua, tetapi itu satu. Maksud saya, Fajar dan Senja itu satu, bukan dua hal yang crash. Jika dikatakan layaknya dua sisi mata uang mungkin boleh lah, tapi kalau dianggap dua yang beda itu saya tidak setuju. Lihat, cahaya Fajar dan Senja itu satu kesatuan yang mungkin terlihat memisah namun, sebetulnya tidak. Dilihat dari sini cahaya Fajar, kalau dari sana terlihat senja atau sore, padahal itu sumbernya sama yaitu matahari. Jadi gak mungkin kalau dua momen itu beda, itu sama!. Hanya saja hal tersebut terjadi memang akibat dari rotasi revolusi bumi yang mengelilingi matahari, apalagi kedua benda itu bulat.

Bagi saya, Fajar dan Senja merupakan lukisan Tuhan yang Indah. Jadi, dalam 24 jam sehari Tuhan membikim lukisan sedikitnya dua kali atau dua momen itu. Nanti ada banyak lagi lukisan lainnya, hanya saja kita belum mengetahui secara jelas. Kalau sering membahas Fajar dan Senja tok, nanti bakal ada yang ter-dholimi. Bukankah masih ada ruang, space, volume yang masih eksis diantara dua momen itu. Memangnya siang bukan momen? Apakah yang menjelang menjelang itu tidak momen?. Itu semua ada ukurannya sehingga titik kulminasi berada di puncak hari (siang). Karena sebagai stabilisator atau penyeimbang waktu harian. Jelas ya, Tuhan pun melukis. Ini hanya cara pandang. Jangan di paksakan kalau ta setuju. Semua ada koneksitasnya, tinggal merangkai-rangkai saja.

Ada yang mengatakan Fajar itu selamat datang dan sore/senja selamat tinggal. Ya terserah lah, tapi juga bukan berarti begitu juga. Karena masih ada siang, masih ada malam yang mungkin terjadi. Masih banyak probabilitas, jadi santai saja. Dan kalau matahari sudah terbit dari barat ya sudah semuanya, wassalam.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar