Di sini Ceritanya Wongsello


Sabtu, 28 April 2018

Asumsi "Kaisar ke 5" Dan Status Quo SHP


Mangacan apl

Benar kata Kurohige, "Masih terlalu cepat bagimu menjadi kaisar! Topi Jerami". Tapi, untuk itulah Luffy harus membuktikan dan benar-benar mewujudkan status quo itu. Setelah apa yang dilakukannya di Whole Cake Island dengan sangat bombastis nilai buruannya melonjak drastis satu setengah miliar. Dan untuk menjawab soal "Kaisar", sepertinya ARC Wano akan jadi lebih menarik. Setelah ARC Whole Cake Big Mom sekarang pindah ke ARC Wano Kaido. Secara umum, Big Mom kalah, walau dia tidak dikalahkan, tapi dengan kehancuran kota dan dimentahkannya dua komandan terkuatnya itu sudah cukup membuktikan kekalahannya. Saya curiga nanti pasca dikalahkannya dua orang yonkou Big Mom dan Kaido oleh Luffy mereka akan berkoalisi dan sama-sama menghancurkan kelompok Topi Jerami. Kemudian setelah dua yonkou beres, baru saatnya berhadapan dengan dua yonkou lainnya yang saya perkiraan memang sengaja ditaruh belakangan oleh Oda untuk lawan terkuat Luffy. Tapi, entahlah. Yonkou Shanks pun telah bicara. 

Sementara dunia berikut kaigun, bajak laut kemudian tiap kerajaan dan masyarakat internasional yang kini dalam keadaan tercengang oleh perbuatan kelompok SHP yang dipimpin sang pewaris nama D "Moneky D Luffy" melalui koran-koran yang tersebar. Dengan berita besar itulah pertemuan yang akan diadakan angkatan laut berikut para Raja diseluruh dunia jadi kurang menarik dan terlihat membosankan pastinya. Bisa ditebak, besar kuota konferensi yang berlangsung akan membicarakan soal "Monkey D Luffy" dan kelompok Topi Jerami. Pelan namun pasti, dunia (One Piece) sudah mulai bisa membaca ke mana alur cerita bajak laut ini mengarah. Kehadiran nama Luffy telah merombak peta seluruh bajak laut yang ada. New World yang dikuasi empat kaisar bajak laut atau yang dikenal "Yonkou", kini keseimbangan itu telah goyah dan terancam akan kemunculan Monkey D Luffy. Dan di saat seperti inilah Dunia benar-benar memperhatikan dan mengikuti sepak terjang kelompok Topi Jerami. Inilah kisah petualangan di lautan One Piece.

Hanya wongselo yang mau kayak gini. Wassalam.. 
Share:

Sabtu, 21 April 2018

Soal Hari Kartini

RockingMama.com  


Saya sangat seneng jika para pemuda di tiap generasi mengenang pejuang-pejuangnya, pahlawan-pahlawannya hingga mempelajari pergulatan intelektual kepribadiannya pada zaman lampau dan mengabadikannya melalui sejarah-sejarah yang ada di buku-buku sekolah maupun tugu peringatan, nampak tilasnya dll. Sehingga suatu bangsa memiliki alasan untuk memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan dengan penuh semangat juang yang semata. Artinya generasi muda merasa memiliki misi untuk mengantar bangsanya menuju zaman baru yang mencerahkan karena mereka telah diajari para pahlawan nasional maupun pahlawan swasta dengan penuh rasa tanggung jawab memperjuangkan kemerdekaan kemudian kebenaran, lalu kebebasan, hingga mencapai entitas keadilan sosial.

Betapa konsep pancasila dan uud dibuat dengan sangat baik dan mengarah untuk keberlangsungan kehidupan negara. Hanya saja, walau seberapa bagusnya suatu konsep, konsensus, piagam atau selebihnya, tapi tidak akan terwujud jika stagnan di atas kertas perjanjian. Orang-orangnya lah subjek utama atas komitmen ijazah yang tertulis itu dalam rangka mewujudkan impian dan cita-cita nasional. Nenek moyang memberi berita, Pahlawan mengajarkan perjuangan memenuhi kemerdekaan, tokoh nasional menjalankan roda kenegaraan, Kiyai selaku resi yang menyegarkan sukma tiap orang dan mengajari keikhlasan, Budayawan sebagai wakil dari aspirasi rakyat yang bertugas mengawasi jalannya kepemimpinan yang berlangsung dan pemuda menjadi obor estafet  yang harus diemban menuju masa depan, hingga anak cucu menggenggam cahaya kebahagiaan yang abadi dihari kemudian. Begitulah ceritanya.

Hari ini hari peringatan Ibu kita Kartini, 21 April 2018. Tadinya tiada upaya menulis ini, tapi rasanya perlu juga. Soal Hari Kartini ini sebenarnya intinya sama dengan peringatan hari-hari besar lainnya. Pada hari Sumpah Pemuda di tiap 28 Oktober pernah saya menuliskan begini "Tiap 28 Oktober kita selalu di kapling memperingati hari sumpah pemuda, namun jika pemuda masih terus-menerus diam bukankah ini hanya semacam onani yang konyol". Pemasukan materi setiap saat harus berarti pula untuk didistribusikan kembali ke alam biar stabil, sering input tiada output sama saja dengan onani tanpa ejakulasi. Onani konyol. Yah, semoga itu asumsi yang keliru. Kita optimis untuk masa depan yang cerah.

Saya lihat banyak dari perempuan-perempuan Indonesia yang tengah mengenakan kebaya di hari kartini ini, itu bagus, tapi ketika diekspos ke media bukannya melarang namun, mengapa rasanya seperti menjadikan subordinasi upacara peringatan hari besar kartini itu?. Seolah ingin bilang bahwa "Ini lho aku memperingati hari kartini" dan seakan hari Kartini cuman soal kebaya tok atau semacamnya. Semoga saya salah. Dan saya kira kita butuh sosok real Kartini di kehidupan milenial ini, sebab orang Indonesia mudah untuk mengikuti trend dan gampang viral, makanya jika ada tokoh menarik yang muncul di permukaan dapat memberi pandangan baru bagi anak-anak muda untuk mendonasikan dan menginfakkan sebagian tenaganya untuk masa depan bangsanya.

Menurut saya, untuk melahirkan tokoh  sekaliber Kartini lagi, barangkali bisa dimulai untuk mengajari anak-anak kita sedini mungkin. Misalnya, kalau bisa jangan biarkan anak kita menyadari atau terlena dengan kecantikan yang ia miliki, sebab sekali ia mengetahui itu dan hidupnya sudah di sibukkan melalui cermin, baju, dan foto, maka kedepannya saya kurang bisa menjamin. Dengan catatan ia benar-benar terlena!. Solusinya dengan membantunya menemukan kemampuan potensial yang dimilikinya, apa pun yang disukai anak-anak (yang baik), kita temani dan arahkan hingga menjadikannya hobi kemudian bertransformasi jadi master, maestro, dan ahli. Kalau boleh pinjam kata-katanya Khalil Gibran "Anak-anak kalian bukanlah anak-anak kalian, kalian boleh memberikan kasih sayang, tapi jangan beri pikiran kalian, sebab kehidupan tidak berjalan mundur di zaman kalian" dan ini pun senada dengan yang dipikirkan R.A Kartini "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pandangannya sudah diperluas, maka ia tidak akan sanggup lagi hidup di dalam zaman nenek moyangnya"

Generasi baru selalu punya pikirannya sendiri, biarkan mereka mengeksplorasi potensi terbaiknya dengan membantu mengarahkan, tapi jangan sekali-kali mendikte bahkan mendoktrinnya, karena setiap anak lahir dengan keunikan masing-masing dan punya daya kreativitas yang dinamis. Benar kalau masa lalu adalah sejarah, namun masa depan adalah harapan yang harus diperjuangkan, sebab tiada yang tahu itulah alasan mengapa harus diperjuangkan sejalan dengan berkembangnya semesta alam ini. Wassallam.
Share: