Di sini Ceritanya Wongsello


Minggu, 31 Maret 2019

Bukan Hutang, Tapi Sedang Butuh

kaskus.co.id


Aku memperlakukan teman yang hutang bukan sebagai orang yang berhutang padaku, tapi karena mereka sedang butuh itulah yang membuatku menyerahkan uangku. Menyerahkan sebab semua ini bukan milikku, ku sadari itu. Jadi aku tidak menggunakan kata 'memberi' atas alasan demikian. Seperti yang pernah aku ceritakan pada temanku kalau sebetulnya aku tidak mempunyai ini (uang), kebaikan orang-orang lah yang menjadikan ini ada dan tetap dibalik blueprint Tuhan.

Dan aku tidak berusaha untuk menagihnya. Aku berupaya mempertahankan prinsip itu, soalnya tidak sebaiknya orang yang butuh itu ditagih hutangnya, kalau bisa seperti itu meski terkadang masih menahih saat kepepet. Biarkan mereka memenuhi kebutuhannya dan diam lah di tempat, kalau Tuhan sudah berkehendak kamu tidak akan pernah menyangka akan dari arah mana rejeki itu berlomba-lomba menyongsongmu. Itu yang aku pahami. Terkait kalau aku sedang butuh sementara tiada uang, maka aku akan meminjam dari teman lainnya yang bukan dari orang yang pernah hutang padaku. Aku tidak ingin balas dendam dalam hal itu, balas dendam tolong menolong bagiku sungguh kurang berkenan. Setidaknya, bukan untuk membuat perasaan pekewuh atau rikuh dari teman.

Atas pemahaman semua itu aku berani mengatakan bahwa hutang bukan berarti hutang, tapi sedang butuh dan soal menagih aku tidak sampai hati untuk itu, jika tidak kelewat batas. Tentu aku masih belajar dan berusaha, aku juga punya pemahaman lain kalau ada yang hutang sebenarnya aku sedang berpikir bahwa ini Tuhan yang sedang hutang, maka aku harus menyerahkan apa yang menjadi milik-Nya. Kamu tahu kan, aku tidak segila untuk menyerahkan semuanya, aku bukan sehebat itu dan aku masih belajar dan berusaha.
Share:

Kamis, 21 Maret 2019

Ini Soal Longmarch

http://tir-shina.kiev.ua



Aku biasa ngomong soal longmarch di selembar atau lebih timeline wa sampai-sampai aku  tidak memperhatikan orang yang membaca soal apa itu long march.

Aku sendiri meminjam istilah itu dari aktivis demonstran. Pertama kali kenal istilah itu dari tulisannya Gie (Catatan Seorang Demonstran). Ya, Soe Hok Gie aktivis kemanusiaan yang mati muda dan suka menulis catatan harian itu.

Buatku longmarch sendiri adalah sebuah upaya, usaha untuk memperlambat waktu dengan mengamati dan meneliti dari setiap hal atau pandangan atau yang dirasakan atau apa sajalah sehingga memperkaya pengetahuan dan ilmu. Anak muda sekarang sukanya ngegas untuk mendapatkan keinginannya, tapi aku termasuk yang percaya bahwa dengan langkah yang ritmis juga akan mencapai ke sana. Langkah bagiku seperti tahapan yang dapat dilakukan dengan proses perlahan namun kaya akan pengetahuan dan kesadaran yang nanti akan berakibat pada keilmuan.

Padahal dalam kenyataannya waktu itu terus maju dan meninggalkanku, tapi mengapa aku menyebutnya malah memperlambat?

Sebetulnya aku berusaha mengiringi waktu itu dengan perlahan, bukan berpacu ya, tapi bebarengan, namun orang mungkin akan bertanya mana mungkin bebarengan, toh pada akhirnya kau hanya akan ditinggalkan waktu dan membuatmu tidak tepat waktu untuk sampai di tempat.

Memang benar. Namun, kita dapat sesuatu yang barangkali tidak dilihat orang dengan motor. Melangkah itu dengan irama yang ritmis, tidak untuk adu kecepatan, tetapi membangun kesadaran akan kehidupan. Normalnya jarak Sorowajan-Malioboro kira-kira 15 menit jika pakai motor. Akan terasa berbeda dengan yang long march sekitar satu jam. Apa yang di dapat pakai nge gas dan pakai langkah akan tidak sama hasilnya, kecuali yang motoran punya kemampuan itu.

Di jalanan banyak pengetahuan dan ilmu yang berserakan hingga akan menambah dan mempertajam kesadaranmu. Aku tidak anti motor, bahkan aku akhir-akhir ini butuh. Yang aku katakan longmarch itu satu cara untuk menghadirkan pemahaman baru dan kesadaran baru yang lain. Yang nantinya akan berdampak pada keilmuan kita masing-masing.
Share:

Kamis, 07 Maret 2019

Embun #2

Galeri



Embun #2


Kecantikan berbanding lurus dengan kebijaksanaan seharusnya. Semakin cantik orang semakin tinggi tingkat kebijaksanaannya. Karena tahu dirinya punya potensi itulah yang menjadikan kebijaksanaannya makin tinggi. Jika tidak, maka ada benarnya kata-kata Eka Kurniawan "Cantik itu luka".
Share: