Di sini Ceritanya Wongsello


Kamis, 28 Juli 2022

Jadi, Doa Siapa yang Kabul?


Pertanyaan yang ditelurkan maiyahan di Mocopat Syafaat juli lalu kini menjadi terkembang dengan agak lebih luas. Jika pertanyaan di 17-san kemarin dulu seperti "Nandur maiyah woh e opo?" aku kembangkan dengan analogi doa, "Doa siapa yang kabul/dikabulkan kalau kita semua ada pada situasi yang sama.?" 

Jika saja anak-anak para ibu yang sedang dalam ujian atau peperangan dan semua doa yang dilangitkan sama, doa siapa yang bakal kabul/dikabulkan?. Karena kita tidak mempunyai perangkat untuk mengetahui doa siapa yang mandi atau dikabulkan, maka langkah yang bisa dilakukan adalah pasrahkan semuanya pada Tuhan. Dan setelahnya kita akan menerima keputusan-Nya yang akan kita sikapi dan pahami serta sepakati sebagai bentuk dari Ridlo. 

Pertanyaan selanjutnya, doa-doa ibu itu mestilah doa yang terbaik untuk anaknya dan rasa-rasanya tidak mungkin bila sebaliknya. Tetapi, kalau diurut lagi dengan pendekatan objektif dan fakta-fakta yang terjadi dan dialami masing-masing apakah bisa menentukan kans kabul tidaknya suatu doa?. Jika ada satu ibu yang hidupnya begitu menderita dan serba kekurangan bersama anaknya dengan ibu lain yang begitu kecukupan bahkan melimpah hartanya serta potensial untuk melakukan hal lain sehingga anaknya tidak perlu turut serta berperang/ujian, memang do'anya siapa yang bakal dikabulkan?. 

Dan apabila seseorang atau ibu-ibu itu, bahkan anak-anaknya telah melakukan suatu kebaikan atau banyak kebaikan apakah kita mampu mendeteksinya secara ilmu dan alat untuk mengetahui sesiapa yang akan dikabulkan?. Seberapa kuat pengaruh kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan untuk dapat "menyogok" Tuhan supaya dikabulkan doanya?. 

Kemudian ketika terjadi hal sebaliknya, atau seseorang, ibu-ibu itu, bahkan anak-anaknya sendiri melakukan kejahatan atau keburukan di masa lalu, apakah cukup alasan untuk tidak mengabulkan doa-doa mereka?. Apakah semua hal itu bisa dijadikan pedoman dan titenan bagi orang-orang agar tidak secara serampangan dan hati-hati dalam menjalani hidup, supaya Tuhan tidak serta merta menjatuhi kita dengan kejutan atau balasan?. 

Apakah kita mampu menunjuk dan menebak sesiapa yang akan dikabulkan Tuhan? begitu banyak yang tidak mungkin kita tahu, dan banyak kemungkinan yang akan terjadi berikut kejutan-kejutan yang belum diketahui. Maka semua itu sekali lagi kita serahkan pada Tuhan, Dia lebih mengerti apa yang akan terjadi dan lebih mengerti apa yang ada di hati kita. Kalau yang memberikan keputusan itu Tuhan pasti baiknya. Dan kalau kita merasa masih berat menerimanya pastinya kita butuh alat perangkat dan pengalaman hidup yang matang untuk dapat mengerti semua itu. Asal niat kita baik, percayakan saja dengan-Nya. 

Satu hal lagi, memang kita mengerti apa tentang ilmu futurologi, apakah kabul tidaknya suatu doa saat ini atau kemarin, bahkan besok di masa depan dapat menjamin "Kebenaran" saat itu juga? bagaimana kalau ada doa yang dikabulkan setelah kematian atau setelah pengadilan akhir nanti? siapa manusia yang bisa menembus ke-ghoib-an ini?. Jadi selamat tidaknya seseorang apakah ditentukan atau bergantung pada doa yang kabul saat itu?. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang bisa diungkap, tetapi sebagai manusia kita harus latihan mendasarinya dengan ridlo atas segala ketentuan-Nya. 
Share: