sakersomu.blogspot.com
Ini adalah aksi massa terbesar pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia. Bermula dari kematian jendral A.W.S Mallaby, pasukan Inggris di bawah pimpinan Mayor Jenderal Robert Mansergh menyerang Republik Indonesia terkhusus daerah Surabaya sehingga membuat arek-arek Suroboyo mengerahkan segenap kedigdayaannya untuk menghadapi seluruh pasukan inggris berikut sekutunya. Bisa dikatakan jendral Mallaby lah sang pemicu pertempuran besar itu, dikarenakan ia mati dalam bentrok/baku tembak dengan sekelompok pemuda (milisi) Indonesia yang kebetulan berpapasan dengannya juga notabene salah paham, saat itu tanggal 30 oktober 1945.
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa bersejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah kali pertama perang pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan suatu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Hari ini kita memperingati hari pahlawan, tepatnya pada tanggal 10 November 2016, yang semula ditetapkan pada tanggal 10 November 1945. Adalah suatu keniscayaan yang selalu kita peringati setiap tahun. Coba kita pahami lagi dengan cara yang berbeda, sejatinya dari 'hari pahlawan'. Jika pendahulu kita bangsa Indonesia memperjuangkan hak-hak rakyat dengan cara revolusi dalam arti berperang sesungguhnya melawan kolonialis/imperialis asing, lalu sebagai generasi penerus sikap apa sepatutnya diambil untuk reformasi ke depan?
Bilamana bung Tomo berikut arek-arek Suroboyo mengindahkan ultimatum Inggris dan tak melakukan perlawanan sengit, bagaimana perkembangan pelajaran sejarah sekarang?
Andaikata Tan Malaka tidak ambil andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, walaupun berseberangan ideologi dengan Soekarno dan Sjahrir melalui revolusi totalnya, merdeka 100 persen, apa kabar Indonesia kini?
Andaikata Tan Malaka tidak ambil andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, walaupun berseberangan ideologi dengan Soekarno dan Sjahrir melalui revolusi totalnya, merdeka 100 persen, apa kabar Indonesia kini?
Misalkan Sutan Sjahrir atau Wapres/PM Moh Hatta enggan mengamini diplomasi Konferensi Meja Bundar dengan Belanda di Den Haag hingga meja PBB, akan ada berapa lagi pertempuran yang menyedihkan itu?
Kesempatan tak datang untuk kedua kalinya, selagi portal kemerdekaan terbuka lebar, maka tiada alasan untuk tidak mewujudkannya. Mungkin itulah pemikiran pemuda zaman imperialis yang menindas rakyat Indonesia kala itu.
Ya, itu adalah kemerdekaan versi terdahulu.
Beda Zaman Beda Sistem Imperialis
Kini zaman telah mengalami transisi, 18 tahun era reformasi berlangsung. Kita merasa benar-benar merdeka dari kaum imperialis/kolonial, begitulah pikiran khalayak dewasa ini. Pun pascaproklamasi kemerdekaan bahkan juga berpikiran sama. Namun, faktanya kolonial saat itu tidak mau begitu saja melepaskan dan mengakui kemerdekaan Indonesia kala itu. Sehingga bentrokan belum bisa dihindari. Nah, jika kita berbicara kemerdekaan dengan konteks sekarang ini, bagaimana?
Kini zaman telah mengalami transisi, 18 tahun era reformasi berlangsung. Kita merasa benar-benar merdeka dari kaum imperialis/kolonial, begitulah pikiran khalayak dewasa ini. Pun pascaproklamasi kemerdekaan bahkan juga berpikiran sama. Namun, faktanya kolonial saat itu tidak mau begitu saja melepaskan dan mengakui kemerdekaan Indonesia kala itu. Sehingga bentrokan belum bisa dihindari. Nah, jika kita berbicara kemerdekaan dengan konteks sekarang ini, bagaimana?
Memang benar, penjajahan dalam arti sesungguhnya (hard) sudah tidak terjadi di Indonesia. Agaknya penjajah yang secara halus (soft) yang entah itu disadari atau tidak telah mengancam bangsa Indonesia khususnya. Sebagai contoh, masuknya barang impor di Indonesia secara tidak langsung telah mengalihkan perhatian masyarakat dari yang semestinya memilih produk lokal malah beralih ke komoditas asing tersebut, dan itulah namanya penjajahan ekonomi yang dewasa ini sangat disukai negara-negara imperialis. Penjajahan ekonomi terjadi karena negara-negara imperialis tidak mampu menjajah secara politik, maka dari itu mereka menggunakan sistem penjajahan ekonomi yang ujung-ujungnya pasti kapitalisasi dan dirasa cara itu cukup efektif menurut penjajah. Begitu pula teknologi apalagi. Budaya busana (trend fashion) anak-anak Indonesia sekarang mayoritas berkiblat ke barat-baratan sehingga dirasa lebih modis, gaul dan sebagainya. Bukannya itu penjajahan, ya dijajah secara halus. Bahkan inilah penjajahan yang berbahaya, karena si imperialis ingin mengubah jiwa bangsa jajahannya. Jika suatu kebudayaan dapat diubah, maka bisa dipastikan jiwa bangsa terjajah juga ikut berubah, sehingga jiwa dan kebudayaan si penjajah dan terjajah akan sama atau terintegrasi jadi satu. Jika sudah begitu, sudah tidak dapat lagi dikembalikan, kalaupun bisa itu akan sangat sulit. Jadi dalam konteks tersebut, siapa dan di manakah peran sebagai seorang pahlawan?
Setiap Hari Adalah Hari Pahlawan
Kita tidak perlu lah kembali mengundang pejuang-pejuang revolusioner dulu, biarkan mereka tenang di alam sana. Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Amir Arifudin dan lainnya adalah para pejuang revolusioner yang sudah berjasa berjuang untuk memperjuangkan bangsa Indonesia dulu. Dewasa ini, kita tidak butuh sosoknya hanya saja, pemikiran mereka mungkin masih relevan saat ini jika kita mau menggalinya lagi. Dengan buku 'merdeka 100 persen'nya Tan Malaka sejujurnya ingin mewujudkan Republik Indonesia yang secara sebebas-bebasnya tidak bergantung dengan negara lain, benar-benar merdeka 100 persen itu ekspektasinya. Tetapi melihat kenyataan saat ini, pastinya Tan sangat sedih karena memang bangsa Indonesia belum memenuhi syarat untuk itu. Dibutuhkan proses yang panjang pastinya.
Padahal, jika dari hal kecil saja kita mau melakoni sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih kepada negara serta selalu berusaha menjadi lebih baik tanpa membuang-buang waktu hingga dapat memaknai kehidupan, maka sejatinya setiap hari itu adalah hari pahlawan. Ya,, hari pahlawan untukmu. Dan bayangkan, kalau saja semua orang bisa seperti itu, maka bangsa Indonesia khususnya selangkah demi selangkah pada akhirnya benar-benar dapat mengalami kemajuan besar dan mimpi 'merdeka 100 persen' tidak akan menjadi utopia belaka, karena proses yang panjang itu telah terlewati dan sedang ada dipangkuan kita.
Terus solusi untuk memperjuangkan kemerdekaan atau paling tidak menjaga agar tidak mengalami penjajahan baik fisik maupun jiwa, bagaimana??
BalasHapusPeran pemerintah dimainkan,meliputi kebijakan" politik ekonomi dll
BalasHapus