Rancah Post
Lebaran merupakan momentum efektif untuk melakukan silaturahmi dan saling memaafkan. Tidak jarang orang-orang bertumpah riuh ke jalan berseliweran melakukan silaturahmi ke sanak famili. Entah secara langsung maupun melalui media smartphone sosial. Dengan modernisasi tinggi, kini seseorang tak perlu direpotkan dengan secara bertemu langsung. Yang sekiranya berjarak jauh cukup melalui pesan pendek di media sosial. Begitu sederhana.
Kesibukan yang menghegemoni telah menelan mentah-mentah semua informasi yang masuk tanpa melakukan cros cek, recek, dan meneliti juga konfirmasi terlebih dahulu. Sehingga ada suatu keadaan di mana akan terjadi chaos terhadap apa yang diterima.
Idul Fitri yang setiap tahun masyarakat muslim rayakan akan terlihat menyedihkan jika mengucapkan sandinya saja kurang tepat.
Contoh begini, banyak orang sekarang ini yang mengcopy salinan ucapan "Minal Aidin wal Faizin" dari berbagai media, mungkin dari kiriman temannya (broadcast) untuk diteruskan ke lainnya. Tanpa adanya elaborasi, maka yang demikian itu akan mudah kejebak dan rentan terkesan kurang teliti. Begini dalilnya.
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنٌِكُمٌ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمٌ اَللّهُمَّ اجٌعَلٌنَا مِنَ الٌعَائِدِيٌنَ وَالٌفَائزِيٌنَ˚•
"Semoga Alloh menerima puasaku dan puasamu dan jadikan kami termasuk orang-orang yang kembali (fitri) dan orang-orang yang menang/berjaya".
Coba kita cermati!.
Dari kalam/kalimat tersebut terlihat jelas sekali bagaimana rangkaian huruf yang membentuk maknanya. Persoalannya dewasa ini orang-orang jarang mau mengelaborasi huruf-huruf yang rentan disalahartikan. Saya melihat ada dua kesalahan yang sering dipakai berkali-kali tiap tahun.
Pertama, seperti kalimat (العائدين), banyak dari teman-teman kita yang salah paham dengan satu kalimat itu. Jadi, yang benar itu "Aidin" bukan "Aidzin". itu huruf (د), bukan huruf (ذ)!!. Itu artinya "Kembali" kembali Fitri yakni dari bahasa arab (عاد - يعود). Maksudnya setelah kita puasa sebulan penuh kita dikembalikan sediakala bayi yang murni tanpa berlumur dosa, itu yang kamu suka dan sering dipakai. Kalau transliterasi indonesia saja seperti itu ya merusak makna, lalu menjadi tidak berarti lagi.
Kedua, kalimat (الفائزين). Sama seperti sebelumnya ketika ditransliterasi ke bahasa Indonesia bunyinya tetap saja jadi (ذ) , padahal jelas sekali itu huruf (ز) berasal dari bahasa arab yakni (فاز - يفوز) yang artinya "Memenangkan, memperoleh, berhasil, sukses". Namun kenyataan masih banyak yang kurang tepat. Dan ini harus di elaborasi. Maknanya akan berantakan jadinya jika tidak segera diubah!. Dua huruf yang berbeda bunyinya, tapi transliterasi indonesianya sama. Ini kan bahaya.
Kemudian setelah kita dikembalikan lagi secara fitrahnya, Fitri atau (العيد). Maka, fase selanjutnya adalah (الفائزين), yaitu dijadikan orang-orang yang menang dan berjaya.
Sederhananya pasca-berpayah-payah menahan diri dari segala di شهر رمضان maka, hasil akhirnya adalah kosong-kosong yakni suci atau kembali ke fitrahnya sebagai manusia otentik.
Jadi, jangan salah lagi ya!!. Terus belajar adalah kewajiban kita sebagai manusia untuk selalu meng-update dan merbarui terus informasi keilmuan kita sampai waktu berujung noktah.
Tutup kata, Minal Aidin wal Faizin ya semua "Mohon maaf lahir dan batin". Sebenarnya saya lebih suka bahasa jawanya sih, "Sugeng Riyadi" ya semua hehe.
Selamat Idul Fitri 1438 H Mohon Maaf Lahir dan Batin. 1 Syawal 1438 H.
0 komentar:
Posting Komentar