Ada sebuah kesadaran baru yang lahir dari wacana kehidupan yang semakin mengarah ke sini itu. Dalam mainstream kebudayaan yang telah berjalan, umumnya manusia menyukai kejelasan atau sesuatu yang jelas dan terarah, simpelnya terkonsep rapih. namun, aku dapat pandangan baru bahwa justru kejelasan itu dimulai dari ketidakjelasan. konsep ini berangkat dari pengalaman yang murni sekali, bahkan sebelum pandangan yang sama disampaikan di 17-san, suatu acara kebahagiaan di Jogja.
Pikiran kita dikontrol globalisasi yang menjadikan semua bak pasar dan material. Dengan keadaan seperti itu, kita di intervensi dan terus ditekan dunia hingga tidak bisa tidak untuk mengikuti alur mereka. Akibatnya nalar pikiran dan batin kita ikut terkikis menjadi rongsokan yang akan mengikuti arus air bah, lalu akhirnya dibuang di tempat yang terlupakan. Paham yang kian tenar itu sadar entah tidak menjadi duri yang menggantikan roh dan jiwa suci kita.
Maka, atas semua dasar yang konyol itu kita dituntut untuk melakukan hal yang berorientasi ke kapitalisme. Jadi, soal perhitungan harus jelas dan terarah, dan yang tidak jelas dan menguntungkan mereka akan dibuang dan dicap tidak berguna, dunia membenci dan mengutuknya, itu cara mereka.
Aku sendiri membawa pijakan yang berbeda, jika kejelasan itu akan mengarah ke suatu hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika dan perasaan, maka sebisa mungkin kubuang. Namun, aku menemukan bahwa yang sejujurnya tidak jelas itulah yang akan berbuah jelas. Agak aneh, tapi masuk akal.
Kalau kamu menunggu sesuatu yang menurutmu tidak jelas, sejujurnya itulah kejelasan. Jelas menunggu dan jelas untuk bersabar, lalu jelas mempelajari keadaan itu.
Jika dirimu bertanya soal bab konsep dan sistem, memangnya seberapa parameter yang kamu gunakan untuk menghisab itu semua. Emang, yakin dapat terarah dan lancar? Emang bener tahu kalau hasilnya akan sesuai perkiraan? Apa barometermu untuk yakin atas apa yang kamu sebut kejelasan itu?. Emang kamu yakin tahu yang namanya Qodlo Qodar?
Kalau dasar perhitunganmu adalah materi dan keuntungan, rasanya itu sia-sia. Bahwa suatu yang tidak jelas itu pun sudah jelas. Dalam ketidakjelasan terdapat kejelasan. Ini rasanya mirip suatu ayat, "Bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan".