Di sini Ceritanya Wongsello


Jumat, 25 Oktober 2019

Dalam Ketidakjelasan Terdapat Kejelasan

https://artikula.id/dimassigitcahyo/meme-sebagai-metode-gerakan-baru-mahasiswa-milenial/



Ada sebuah kesadaran baru yang lahir dari wacana kehidupan yang semakin mengarah ke sini itu. Dalam mainstream kebudayaan yang telah berjalan, umumnya manusia menyukai kejelasan atau sesuatu yang jelas dan terarah, simpelnya terkonsep rapih. namun, aku dapat pandangan baru bahwa justru kejelasan itu dimulai dari ketidakjelasan. konsep ini berangkat dari pengalaman yang murni sekali, bahkan sebelum pandangan yang sama disampaikan di 17-san, suatu acara kebahagiaan di Jogja. 

Pikiran kita dikontrol globalisasi yang menjadikan semua bak pasar dan material. Dengan keadaan seperti itu, kita di intervensi dan terus ditekan dunia hingga tidak bisa tidak untuk mengikuti alur mereka. Akibatnya nalar pikiran dan batin kita ikut terkikis menjadi rongsokan yang akan mengikuti arus air bah, lalu akhirnya dibuang di tempat yang terlupakan. Paham yang kian tenar itu sadar entah tidak menjadi duri yang menggantikan roh dan jiwa suci kita. 

Maka, atas semua dasar yang konyol itu kita dituntut untuk melakukan hal yang berorientasi ke kapitalisme. Jadi, soal perhitungan harus jelas dan terarah, dan yang tidak jelas dan menguntungkan mereka akan dibuang dan dicap tidak berguna, dunia membenci dan mengutuknya, itu cara mereka. 

Aku sendiri membawa pijakan yang berbeda, jika kejelasan itu akan mengarah ke suatu hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika dan perasaan, maka sebisa mungkin kubuang. Namun, aku menemukan bahwa yang sejujurnya tidak jelas itulah yang akan berbuah jelas. Agak aneh, tapi masuk akal. 

Kalau kamu menunggu sesuatu yang menurutmu tidak jelas, sejujurnya itulah kejelasan. Jelas menunggu dan jelas untuk bersabar, lalu jelas mempelajari keadaan itu. 

Jika dirimu bertanya soal bab konsep dan sistem, memangnya seberapa parameter yang kamu gunakan untuk menghisab itu semua. Emang, yakin dapat terarah dan lancar? Emang bener tahu kalau hasilnya akan sesuai perkiraan? Apa barometermu untuk yakin atas apa yang kamu sebut kejelasan itu?. Emang kamu yakin tahu yang namanya Qodlo Qodar? 

Kalau dasar perhitunganmu adalah materi dan keuntungan, rasanya itu sia-sia. Bahwa suatu yang tidak jelas itu pun sudah jelas. Dalam ketidakjelasan terdapat kejelasan. Ini rasanya mirip suatu ayat, "Bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan". 

Share:

Orang-orang Gila yang Emoh Disebut 'Gila'

Instagram Baim Wong/Facebook Irmha Utami Putrie


Kita sering memakai idiom atau istilah yang sebenarnya kadang tersaling-silang atau bahkan distorsi dan rancu. Sebagian mengartikan orang gila adalah terjadinya gangguan saraf di otak yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam kepala hingga jadi oleng (terganggu jiwanya).

Bagiku orang gila adalah orang yang tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan rasa dan nuansa yang dimilikinya. Lalu terciptalah bahasa dan budaya, di sini ekspresi rasa kelihatan mendapat platform, tapi sebetulnya sedikit sekali yang bisa dijelaskan.

Kita lihat penyair, menurutku mereka itu orang-orang yang sarat 'gila'. Mereka tiada punya tempat untuk dapat menyalurkan ekspresi jiwanya yang hanya sekadar menjerit misalnya. Hanya melalui bahasa mereka berusaha menyampaikan sesuatu yang sebenarnya itu tidak cukup terwakili. Dan mereka sadar.

Kemudian seniman/perupa. Mereka punya sedikit gambaran yang mungkin bisa dicerna oleh mata jeli orang-orang.
Sapuan kuas dan tebal tipisnya warna akan menjadi nuansa yang dapat menilai lukisan itu sendiri, apalagi jika dibangun dengan suasana magis. Walau banyak juga semisal lukisan yang tidak berbentuk dan abstrak, justru disitu titik di mana ekspresi seniman terwakili, mungkin.

Mereka tidak punya gambaran pasti mengenai karya yang akan dibuat. Jadi lukisan abstrak adalah satu cara yang dapat dimunculkan ke permukaan dengan memendam ekspresi makna sang pelukis.

Bahkan di zaman yang katanya generasi Z, zaman milenial ini mengatakan mereka yang mengaku waras pun rupanya identik dengan orang gila beneran, dan yang  mereka katakan 'gila' justru malah yang waras pemikirannya, aneh. 

Aku kira mereka seniman dan penyair itu orang-orang 'gila' yang hobinya berbicara dengan semesta dan alam, tapi alam gagal memahami mereka. Alam itu adalah manusia.
Share:

Embun #4

https://m.brilio.net/ngakak/13-meme-macam-macam-teman-ini-bikin-ngakak-mana-yang-kamu-banget-170131s.html


Embun #4

"Dalam Ketidakjelasan Terdapat Kejelasan"

Share:

Embun #3

http://m.voa-islam.com/news/muslimah/2016/01/08/41569/media-massa-dalam-islam-lindungi-ibu-dan-anak/


Embun #3

Sehebat-hebatnya penulis, sekali dia ikut mainstream media, maka dia bukan apa-apa selain hanya sebagai penyalur dan penyuplai hasrat media.
Share: