Akhir-akhir ini aku banyak mengalami kesepian. Penghayatan dan pemakanan kesepian yang aku alami dulu dan sekarang ada baiknya karena mengalami pertumbuhan atau transformasi makna. Mulanya aku anggap cukup mengerti perihal kesepian sehingga berani beradu kisah kesepian tatkala ngobrol bareng kawan-kawan. Kini aku menyadari suatu hal, bahwa apa yang aku sebut kesepian kala itu hanyalah tak lebih dari kekosongan variabel yang sebelumnya terisi, sehingga ketika memasuki waktu hampa tanpa apa-apa aku merasa itu sudah kesepian.
Sekarang yang aku sebut kesepian ternyata juga sangat menyanyat dan mengerikan. Nyatanya bukan hal-hal yang pernah aku katakan dan pahami waktu dulu itu, saat ini ketika aku memasuki fase itu lagi rasanya sangat banyak variabel yang mengepung. Terlebih aku tambah memahami lagi pemaknaan itu secara subjektif juga, yang mau tidak mau efeknya cukup buruk terhadap diriku. Ada semacam kesalahan dalam aku memaknainya sehingga rasa-rasanya saat ini yang aku sebut akhir-akhir ini kesepian menjadi belenggu dahsyat yang ingin sekali rasanya aku terbang.
Kesepian yang aku maknai dulu tak lebih dari sekedar pemaknaan materi, yang artinya absen dari aktivitas keseharian. Kini, yang aku sebut banyak variabel itu sebagiannya adalah hilangnya manusia di tengah kehidupan sosial. Jadi, aku tidak pernah bisa ketemu manusia akhir-akhir ini, semestinya dari dulu, karena tingkat pemahaman saja baru berproses. Aku tidak punya cukup ruang ekspresi dll, ini pun aku menilai sebagai kesalahan, sebab aku masih bergantung keadaan, sederhananya aku belum bisa menciptakan ruang tersendiri untuk survive di tengah langkanya manusia dari kehidupan sosial ini. Yang aku sebut lemah adalah karakterku sendiri.
Yang aku maknai dulu terkait kuatnya karakter adalah baru angan-angan semata, kini aku pun berkesimpulan bahwa aku pun lemah sebagai karakter, karena tidak bisa menciptakan mimpi-mimpi itu jadi nyata. Cerita ini terdengar cengeng saja untuk dibaca, namun aku tidak malu, memang demikian adanya. Satu lagi, yang membuatku menyayat soal kesepian sebab pandanganku sendiri mengenai kesepian itu, kalau aku tidak terlalu memikirkannya, keadaan ini pun biasa-biasa saja. Bagaimana pun jua, tetap aku lah yang salah, karena aku dibuat kalah oleh penderitaan ini, seharusnya aku bisa keluar enteng dari belenggu ini.
25 Mei 2021
#Bahkan pun, kesepian itu sendiri bisa berarti nilai kesejatian yang dijaga agar tetap utuh dan kokoh. Telah banyak kisah-kisah, cerita-cerita mengenai kesepian, yang nyata senyata-nyatanya adalah kaum minoritas dan terasing di tengah kebisingan kepentingan manusia. Kesepian benar-benar dahsyat. Menekan dan mengepung manusia yang menjaga nilai-nilai suci, hingga pun berselimut sunyi, ia harus tetap tegar dan kuat menghadapinya. Yang Tuhan tidak tega lalu dengan sabda-Nya Ia "...Beruntunglah orang-orang yang terasing.. "
Aku tidak berpikir bahwa diriku bagian dari itu, aku tidak Gede Rumongso dan mengklaim demikian, tiada yang aku punya, tak ada yang bisa aku setorkan, diriku bukanlah siapa-siapa atau apa-apa, aku hanya bercerita bahwa ada cerita begitu, itu saja.