Raudlatul Ulum Guyangan
22 Oktober kini menjadi hari santri berskala nasional yang akan kita rayakan setiap tahun. Akhirnya pemerintah menaruh perhatiannya pada cikal bakal kyai ini, meski hanya setitik. Mereka baru menyadari barangkali, sesungguhnya kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan hidup mati itu sebahagian besar berasal dari golongan santri dan kyai. Dari dahulu kala, kontribusi besar telah di ulurkan oleh para santri baik dalam memperjuangkan kemerdekaan maupun dedikasi fan keilmuan dan keagamaan untuk membantu para kyai mencerahkan hati orang.
Peranan yang para santri lakukan itu bukan omong kosong belaka! Mereka memegang posisi penting dalam membentuk suatu dimensi akhlakul karimah bagi masyarakat. Dedikasi dan loyalitas santri terhadap kyai, kesederhanaan yang melekat pada setiap diri, antusias dalam ber-tholabul ilmi, untuk kemaslahatan bersama selalu terisi. Totalitas mereka tidak main-main. Bukan untuk meraih gelar ataupun nama terkenal dan sebagainya, tapi hanya untuk mendapatkan ridho dari sang Ilahi Robbi, barokah kyainya. Atas dasar itu santri menjadi yakin akan hidupnya. Tidak peduli latar belakang seperti apa, yang penting kontribusi untuk kyai dan masyarakat awam harus dititi.
Santri itu kyai kecil, begitu kata mereka. Pun demikian tidak ada alasan untuk meremehkannya. Para pejuang-pejuang kita dulu juga bermula dari santri, kyai-kyai kita dulu ya santri, yang turut berpartisipasi aktif dalam memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Ingatlah Para Walisongo, Pangeran Diponegoro, Kh Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, KH Wahab Hasbullah, KH Wahid Hasyim, bung Tomo hingga KH Abdurrahman Wahid dan masih banyak lagi, tolong ingatlah perjuangan mereka, bukalah kembali catatan sejarah buku kalian, yang mereka lakukan itu lebih dari cukup dalam memperjuangkan bangsa Indonesia ini, tanah tumpah darah kita ini, bumi pertiwi yang kita cintai ini. Mereka semua itu dulunya juga santri!!.
Kalian ingat? Ketika bung karno meminta nasihat kepada KH Hasyim Asy'ari bagaimana hukumnya melawan penjajah, maka KH Hasyim Asy'ari langsung mengumpulkan para kyai se-Jawa sampai Madura untuk mendiskusikan masalah itu, sehingga muncullah maklumat "Resolusi Jihad" bahwa melawan penjajah itu merupakan jihad dan wajib bagi setiap warga Indonesia, bahkan bung Tomo memiliki andil besar dalam momen ini. Dengan gagah berani menggelorakan semangat arek-arek Suroboyo terkhusus santri-santri melalui orasinya yang menawan dan menggetarkan setiap jiwa untuk menggerakkan mereka dalam melawan penjajah. Akhirnya perang pun pecah pada tanggal 10 november 1945, dan menjadi yang terbesar saat itu, hingga berlangsung hampir sebulan, bahkan memakan banyak korban.
Namun, baru-baru ini saja sedikit perhatian diberikan oleh pemerintah untuk santri. Sehingga menetapkan satu hari sebagai "hari santri" tepatnya tanggal 22 Oktober. Sejujurnya bukan hari santrinya yang perlu di garis red line, tetapi semangatnya yang perlu ditiru generasi sekarang, semangat akan memiliki jiwa santri. Bahwa yang namanya santri itu berbudi/akhlakul karimah, loyal, dedikasi, patuh, ulet, disiplin dan sebagainya.
Santri sebagai simbol kekuatan untuk melawan ketidak benaran, adilan dan ketidak singkronan atas realitas yang terjadi di pranata kehidupan sosial ini. Karena selain kepada Ulama sesungguhnya santri itu juga perpanjangan tangan nabi.
Karena..,
Dialah santri,
Yang memiliki output sosial yang mumpuni,
Dialah santri,
Yang akhlaknya terukur dan tertata rapi,
Dialah santri,
Yang antusias tinggi untuk tholabul ilmi,
Dialah santri,
Yang kontribusinya bagi negeri pertiwi,
Yang memiliki output sosial yang mumpuni,
Dialah santri,
Yang akhlaknya terukur dan tertata rapi,
Dialah santri,
Yang antusias tinggi untuk tholabul ilmi,
Dialah santri,
Yang kontribusinya bagi negeri pertiwi,
Sebab, santri itu mengabdi, bukan menghakimi,,
*edisi hari santri nasional*
0 komentar:
Posting Komentar