Di sini Ceritanya Wongsello


Minggu, 25 Desember 2016

Ucapan Selamat Natal dan Kado Untuk Kerukunan Beragama Kita


                                
                  Smakiinberdetak.com


Saya masih tidak mengerti kenapa di era modernitas dan digital dewasa ini selalu saja ada persoalan yang sama diungkit-ungkit kembali. Saya menggunakan kata 'persoalan' dan bukan 'permasalahan' karena bagiku ini memang hanya soal dan bukan masalah. Masalah hanya terjadi pada mereka yang mempermasalahkan. Seakan menjadi snow ball yang akan terus menggelinding sporadis. Persoalan ini sungguh nyiyir bagi kita. Ya, mengenai ucapan selamat natal kepada umat kristiani yang dirasa begitu menggoda dan mengusik kaum muslimin. Apakah dengan memberi ucapan selamat natal kepada non-muslim akan mengalihfungsikan kepercayaan serta keimanan kita muslim, apa itu salah, apakah itu dianggap kafir!?.  Ayo coba kita agak kreatif sedikit lah dalam menyikapi persoalan seperti ini. 

Saya akan berangkat dengan meminjam dua sudut pandang dari dua budayawan besar tanah air kita. Semoga ini tidak keliru dan sesuai dengan konsep berpikir mereka. Dan semoga juga  ini menambah pemahaman yang berbeda kepada kita. 

KH. Ahmad Musthofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus begitu. Benar, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini menarik perhatian saya dengan cara pandangnya menyikapi persoalan ucapan selamat natal yang sudah terlalu mainstream belakangan ini, dan sebenarnya ini sudah lama disampaikan. Gus Mus menilai, di era reformasi seperti ini membahas halal-haram terkait ucapan selamat natal kepada umat kristiani itu kebiasaan yang dianggapnya aneh. "Di era Reformasi', ada hal aneh: Dengan membahas halal-haramnya menyampaikan ucapan selamat natal dalam merayakan natal" ujar Gus Mus di dinding facebooknya 'Ahmad Musthafa Bisri' (25/12). 

Menjaga Keharmonisan 

Di berbagai kesempatan ceramahnya, Gus Mus selalu menekankan pada umat bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang beragama islam, bukan orang islam yang kebetulan ada di Indonesia. 

Dengan pemahaman tersebut, Gus Mus ingin menggugah kesadaran umat akan keindonesiaan kita. Bahwa keindonesiaan kita dengan memahami bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang sejak dalu kala telah disatukan oleh keberagaman, bukan keseragaman. 

Hal serupa juga disampaikan Gus Mus dalam bukunya 'Membuka Pintu Langit'. Demikian, cukuplah umat sadar bahwa dirinya adalah bangsa Indonesia yang terdiri dari 400 lebih suku, tradisi, budaya dan keyakinan serta kepercayaan yang berbeda-beda namun bisa hidup berdampingan dengan damai selama berabad-abad. 

Dalam konteks inilah, banyak aktivis dan kalangan menilai bahwa ucapkan selamat natal dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan serta menegakkan kesatuan dan persatuan antar umat beragama dan bangsa Indonesia adalah suatu kebijaksanaan yang mesti diapresiasi. 


Saya rasa sangat cukup lah dengan dua pemahaman tersebut untuk kita dapat memahami lagi persoalan seperti itu dengan spektrum yang berbeda. Kreatif lah, kata orang 'Out Of The Book'. Itu artinya sama saja dengan kreatif. Jangan memahami persoalan/permasalahan secara kasat mata tog, makna sejati itu kadang tersembunyi dalam substansi bukan visualisasi. Berpikir berbeda akan menemukan hal berbeda pula, maka beranikanlah berpikir liar, berpikir bebas. Dalam Alquran pun juga demikian kan, diajak untuk selalu senantiasa berpikir, sama banyaknya dengan ajakan untuk berzikir. Tidak perlu takut salah, toh Tuhan pun tidak mempertanyakan benar atau salah yang penting usaha dulu. 

Dan jika hal seperti itu sudah aman dalam arti tidak ada lagi perdebatan antar kalangan. Maka, ini akan menjadi kado yang istimewa untuk kebhinekaan kita, kerukunan beragama kita, dan persatuan kesatuan kita Republik Indonesia.  
Share:

0 komentar:

Posting Komentar