Di sini Ceritanya Wongsello


Minggu, 16 Desember 2018

Tembang Lala Sepasang Jiwa

Adit Photos 


#Puisi Cinta 
#Puisi Perkawinan
-Ahad, waktu Bantul, Sorowajan Baru, Burjo Mimin Depan Masjid Baitul Arqom

#For Sam Ahmad Sholeh and Ummi Lathifah


Nyanyian cinta mengalun indah 
Melukis bianglala di langit kehidupan 
Bak bidadari yang menghiasi taman firdaus 
Dan dewa-dewi menyirami pelangi dalam pesta warna


fajar tiba
Sepasang burung nuri berkicau dan saling mengejar di langit biru sembari memberiku pucuk surat 
Mengantarkan risalah cinta dari seorang sahabat 
Yang hari ini mendeklarasikan cinta agung mereka dalam suatu momentum


Kabar alam adalah berita untuk semua
Dan kebahagiaan adalah sepasang jiwa yang menyatu dengan alam 
Jiwa yang dikawinkan akan tumbuh jiwa-jiwa baru yang mencerahkan 
Bagai sajak yang lahir di tengah pergolakan hidup yang keras
Atau seperti cahaya yang menerobos kegelapan jiwa


Gita alam semesta melantun begitu merdu
Disambut beribu peri cinta di suwargaloka 
Mengetuk hati melalui telinga kehidupan 
Dan kaki tangan adalah wujud dari pelaksanaan


Hari ini sepasang anak adam telah menyempurnakan hidupnya
Mengamalkan ajaran-ajaran Tuhan dan nabi-Nya 
Mereka telah membuktikannya dalam ikrar yang agung "Mitsaqon Gholidlo"
Jua telah menjalankan sunnah-Nya dengan sebaiknya 
Bahwa tiada lain Ia menciptakan ini semua secara berpasangan dan untuk beribadah kepada-Nya


Tuhanku yang tercinta 
Jadilah saksi untuk kami semua 
Jadilah hakim untuk kami semua
Sehingga tiada lagi manusia yang mengaku-ngaku selayak Engkau 
Jadilah saksi perkawinan kami
Bahwa dua makhluk yang bersatu dalam ikrar adalah lambang dari kesempurnaan jiwa 
Dan simbol kesejatian hidup


Hari ini aku menyaksikan itu semua 
Bersama burung dari syurga yang mengiringinya dengan tembang lala


Di 00.33
Yogyakarta, 16 Desember 2018
Share:

Minggu, 14 Oktober 2018

Sastra Musim Gugur



 
 
Design By-Iqbal Fahreza





#Diskusi Majelisan #Edisi 14                                                                                   
#Sastra Musim Gugur


Perjalanan sastra di indonesia ini terbilang cukup menyedihkan dari era Chairil hingga sekarang. Tidak heran jika para sastrawan tidak mendapat platform yang memadai di sini. Kalau mengingat sejarahnya memang dari era Soekarno Sastrawan/karya sastra masih minim akan apresiasi, mungkin juga karena waktu itu masih mudanya usia negara sehingga tidak memperhatikan hal-hal yang tidak menguntungkan negara dari sisi finansial maupun otoritasnya sampai mimpi buruk yang menjadi kenyataan di rezim Soeharto. Kuasa total!.

Bagi penguasa, sastrawan, penyair dan kawan-kawannya adalah musuh yang akan terus dihancurkan!. Mengapa? Sebab mereka mempunyai alat bernama sastra/tulisan yang dapat membawa hulu ledak yang kuat bagi pemerintah dan mengancam otoritasnya sebagai penguasa, ia dapat menghimpun massa akan sebuah ideologi yang disuarakan. Maka, atas alasan demikian hal-hal yang berkaitan dengan sastra tidak diberi ruang yang layak, selayak guru kehidupan. Hingga pujanga sekaliber W.S Rendra yang diakui dunia pun tak keturutan yang hanya menginginkan sebuah Kijang Innova tiga hari menjelang kewafatannya menurut pengakuan temannya di acara dua tahun mengenang Rendra, sungguh ironis.  Seorang guru/dosen di kelas mungkin memberi macam-macam pengetahuan yang akan diajarkan, namun seorang sastrawan/seniman memberi segala yang perlu untuk wacana kehidupan melalui pengalaman-pengalaman di dalam karyanya.

Bicara soal sastra di kelas mungkin agak dibuat-buat, tapi sejauh yang saya lihat dalam keseharian memang harus diakui jika fakultas atas nama sastra tidak menghasilkan apapun yang kini disebut sastrawan atau lebih kecil lagi kritikus sastra. Bahkan, menurut pengakuan dosen pun kata seorang teman  memang fakultas sastra tidak dijadikan wadah untuk melahirkan sastrawan, tapi paling mentok hanya kritikus sastra, apresiator sastra, dan analis sastra. Itu pun tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, lihat berapa persen alumnus fakultas sastra yang menjadi saya sebutkan tadi? Sangat jarang. Padahal, level tertinggi dari belajar dan pengalaman adalah mencipta atau laku tapi di kampus hal itu sangat nihil. Bahkan, skripsi yang jadi parameter kelulusan mahasiswa pun kini terlihat gagal dan tak berdaya menghadapi enigma hidup ini, seperti yang pernah saya katakan kepada teman sebelumnya “Satu puisi hasil karya sendiri jauh lebih baik ketimbang ratusan bahkan ribuan skripsi yang menggunakan teori orang lain!”. Akhirnya mereka terlempar sediri oleh sistem kehidupannya setelah lulus dan bingung mau ngapain. Walhasil lahirlah ungkapan “Jurusan kok sastra, kamu mau kerja apaan?.”

 Ya itulah bagian dari romantika hidup ini.  Sastrawan tidak pernah lahir di dalam kelas dan dalam fakultas sastra sehingga yang kita temui dalam kehidupan nyata adalah mereka yang memulai perjalanan dari bawah, maka tidak mengherankan kalau sastrawan yang kita kenal sekarang adalah mereka yang dulunya dari jalanan menghayati kehidupannya dan melahirkan sastra plus menjadikannya sastrawan. Lalu terciptalah Chairil Anwar, Amir Hamzah, W.S Rendra, Umbu Landu Paranggi, Suwarna Pragolapati, Danarto, Widji Tukul, Putu Wijaya, Iman Budhi Santosa, dll hingga paling banter sastrawan yang menjadi guru besar yakni Sapardi Djoko Damono. Kelihatannya mereka semua menemukan keindahan dan kebijaksanaan itu bukannya di kelas, tapi di jalanan bernama kehidupan. 

Lalu pertanyaannya benarkah sastra sebegitu menyedihkannya sampai-sampai terlantar di ranah kebudayaan kita sendiri ini?
Share:

Minggu, 24 Juni 2018

Pelajaran Tahunan Ala Lebaran

https://inspiratorfreak.com/5-tradisi-unik-lebaran-di-indonesia-2/
Ala-ala Lebaran 

Ada yang mengatakan jika lebaran adalah momen untuk pamer, adu gengsi, dan kompetisi pencapaian karena disitulah momen kumpul keluarga, tetangga, warga, dan reunian.

Saya membebaskan dari asumsi itu semua, biarlah menjadi pemahaman bagi masing-masing orang. Namun, beberapa yang dapat saya tangkap dari macam-macam wacana di momen lebaran adalah ini.

Pelajaran tahunan tiap lebaran : 
1. Kuliah bukan bahasan menarik/marketeble bagi warga, hanya basa-basi diawal percakapan yang sangat basi. 
2. Pekerjaan dan gaji adalah kesatuan idealisem yang jadi parameter kesuksesan masa kini (marketeble) 
3. Di mana pacarmu dan kapan kawin adalah tanya keniscayaan yang bakal terjadi 
4. Pye kabarmu?


Ada lah lain hal lagi, tapi hanya itu yang ingin disampaikan, oke.
#Rioyo_Ala-ala
Share:

Selasa, 12 Juni 2018

Viral dan Ketidaksiapan Mental

https://research-methodology.net/classification-of-viral-marketing/



Ledakan informasi di lini media jarang bisa dibendung dan jadi kucuran wacana yang akan terus terjun bak hujan yang mendera bumi. Oke fix.

Di Indonesia khususnya, ledakan informasi itu disebut viral. Begitu mudahnya banjir berita tersebut menunjukkan bahwa masyarakat suka dan berusaha mem-forward memenuhi media dengan alasan mengikuti trend

Nah sayangnya informasi ini hanya tunggal, atau katakanlah tidak beragam. Jadi, hanya satu warta yang diledakkan, bahkan dipaksa meledak atas alasan biar viral. Kiranya begitu. 

Kalau saya melihat, ini merupakan suatu fenomen sikap ketidaksiapan mental dalam menghadapi berita, informasi, wacana dan sebagainya lain. Kalau serius memahaminya, itu bukanlah viral. Cuman kemungkinan yang bisa terjadi kapan saja. Yang biasa dibikin tidak biasa. Viral. 

Entah mengapa istilah itu bisa lahir?. 

Begitu mudahnya masyarakat Indonesia kagetan atau gumunan menurut orang Jawa dengan fenomena yang harusnya menjadi biasa-biasa saja. Inilah mengapa saya katakan belum adanya kesiapan mental dan ruang yang cukup luas untuk mewadahi ragam kondisi, wacana, gejala sosial, hingga perubahan dalam tatanan dunia. Apalagi hanya berkutat di dunia maya. Oke wells. 

Sederhananya, Viral adalah kurangnya atau belum ditemukannya kematangan dan kedewasaan di dalam kondisi sosial masyarakat, bahkan untuk tiap individu. Itulah yang melatarbelakangi sering timbulnya pergolakan sosial di lini kehidupan kita sehari-hari. Walau tidak dibantah jika itu ada unsur kepentingan lain. 

Kita kurang mau berendah hati dan melupakan konsep Bhinneka.
Share:

Senin, 11 Juni 2018

Katanya Puasa, Nyatanya?

simomot.com


Ada sebuah anomali yang biasa terjadi dalam bulan ramadan. Entah, belum menemukan istilah pas untuk situasi saat ini, tapi seperti ini ceritanya.
 
Bulan puasa yang sudah disepakati dan menjadi pengetahuan hingga amal ibadah nyatanya masih ditemui keanehan atau anomali pada khalayak umum. Apa tanda orang berpuasa? Tidak makan minum, oke itu jelas dipermukaan. Tapi untuk pemahaman yang lebih komprehensif dan kualitatif atau makro itu yang bagaimana?.

Kalau puasa dipahami sebagai remnya manusia dengan segala sifatnya harusnya tiada anomali seperti yang disebutkan tadi. Apa anomali itu?.
Bahkan dalam pemahaman puasa yang seperti itu pun manusia tetap pada sifatnya sendiri-sendiri.

Nyatanya walaupun mereka mengakui sebagai bulan puasa, tetapi dalam prakteknya dipermukaan yang dibahas, di share dan memenuhi media kebanyakan cuma urusan makanan, takjil, buka bersama, menu, dan paling banter soal pahala dan ganjaran. Makna puasa telah hilang entah ke mana?. Jadi kita puasa hanya menuju terbangunnya berbuka, bukan menuju Tuhan. Itulah mengapa saya pernah menuliskan bahwa yang paling penting di bulan puasa adalah departemen/seksi perbadokan (konsumsi).

Kalau ada yang komentar "Kan puasa baiknya tidak diperlihatkan", 
maka jawaban saya "Anak kecil pun bisa berkata begitu".

Maksudnya itu adalah soal cara dan kreativitas dalam menjelaskan/melakukan sesuatu.
Share:

Jumat, 01 Juni 2018

Waktu, Momen, Dan Ketiadaan

m.viral.id


Siapa yang tak tahu kalau keceriaan yang berlangsung tadi, kemarin, lusa, dan dulu pasti jadi sejarah dan masa lalu. Apa yang dapat kita hirup melainkan hanya sebatas keadaan yang berlangsung kemudian hilang, namun tetap terkenang, menjadi kenangan dan sejarah. Apa parameter yang dipakai untuk menghitung itu semua?. Waktu.

Dalam ke-ada-an berlangsung, sesuatu atau variabel menjadi ada dan nyata untuk beberapa saat. Dengan kesadaran tinggi orang mengerti itu dan mafhum, tapi ketika masyuk ke dimensinya orang jadi mabuk dan terlena sehingga pas waktu-waktu mengasyikan itu berlalu mereka berkata "Oh gak kerasa ya sudah lewat jam". Apa inti dari serangkaian keadaan yang membentuk waktu itu?. Momen.

Meski waktu bisa dikatakan panjang atau pendek, namun manusia masih bisa menemukan ruang kecil / singkat yang mengkaver inti dari kemesraannya. Itulah momen. Kristal dari sehimpunan keadaan-keadaan tertentu yang memadat. Nah, pasca-memasuki fase itulah mereka menyebut kesimpulan variabel jadi momentum. Manusia butuh waktu, tapi jarang yang benar-benar bisa utuh terangkum dalam memori. Untuk menyederhanakan film itu, dibuatlah sebuah keadaan darurat yang bebas long time. Jadi dengan tanpa kesulitan tinggi orang mudah mengingat dan merayakan kenangan atau momen itu di setiap ulang tahunnya. Kapan pun, di mana pun berada. Lebih detail lagi kalau disebut dejavu. Keadaan di mana seseorang merasa dalam suatu konsep yang sama dari yang pernah ada dahulu. Nah, dalam siklus inilah orang mengatakan "Waktu serasa berhenti, dan berputar kembali ke masa lalu, seperti membunuh waktu". Sayangnya pada keadaan yang sama pula waktu tetap berputar maju dan menjauh dari segala asumsi. Ironis. Manusia tetap pada lena yang dibuai kenangan. Keberadaan variabel hanya dihitung dengan kecepatan waktu. Tidak ada waktu yang cepat atau lambat, yang ada hanya berjalan maju terus menerus (istimror) hingga konsep tentang waktu tiada. Jika suatu variabel di lewati oleh waktu, maka ia menjadi ada, real, dan terlihat nyata, namun tatkala waktu berlalu bahkan jika dipercepat layaknya siklus dan revolusi ia jadi hilang dan tiada. Kalau kata penyair Sapardi Djoko Damono "Yang Fana Adalah Waktu" Entahlah.
Share:

Selasa, 29 Mei 2018

Cahaya Romadlon

DEPOKPOS 



Purnama yang telah berganti 
Bak cahaya yang takkan mati 
Ketika semua mengapresiasi 
Ingatlah itu kan selalu jadi inspirasi


Sudah berapa lama kau berpuas diri 
hanya untuk menuruti hawa nafsu 
Hingga kini tibalah saatnya untuk menahan dari segala godaan


Ayo ngaji ayo ngaji
Sebelas Purnama yang mendahului tetap terkenang dalam hati
Satu Purnama yang abadi selalu menghiasi cakrawala langit bumi


Katakanlah apa yang sia-sia dari semua ini
Setiap tahun yang kita lewati adalah berkah yang abadi 
Dan setiap dari kita adalah cermin yang memantulkan cahaya cinta Tuhan ke semesta kembali


Ayo ngaji ayo ngaji 
Cahaya Cinta cepat menghampiri 
Kalau telat rugilah diri

Kini tibalah momen yang memberkati 
Di saat semua pada melampiaskan diri
Kita diajari untuk saling puasa dan berbagi


Ayo puasa ayo puasa 
Pelajaran utama dan pertama yang diajarkan Tuhan kepada Adam


Kemuliaan yang tidak bisa dibandingkan dengan nikmat dunia 
Walau kau boleh mengambil segalanya, 
Tapi kita diajari untuk menahan darinya


Romadlon
Kau hadir atas izin dan berkah dari-Nya 
Semoga kami dapat cipratan berkah itu 
Sehingga dapat kami transformasikannya kembali ke bumi dan semesta raya ini, amin
Share:

Sabtu, 19 Mei 2018

Sajak Atas Nama Rabi

wongsello.id  


"Sajak Atas Nama (Rabi)"

Atas nama rabi semua jadi berspekulasi meloloskan diri
Atas nama rabi semua dijadikan alibi untuk segera mengakhiri 
Atas nama rabi semua disepelekan hanya karena sebuah tujuan yang mungkin terjadi 
Atas nama rabi sedikit-sedikit yang dibahas cuma rabi
Atas nama rabi segala idealisme yang dimiliki pemuda masa kini
 "Hanya Atas Nama Rabi" Ia kehilangan presisi dan teman diskusi 
Share:

Minggu, 13 Mei 2018

Belo Betty si Pemegang Bendera Kebebasan

One Piece Chapter 904 Online: All Commander Revolutionary Army Appear 


Selonews.com. One Piece chapter 904 terbilang biasa saja, namun ada satu yang menarik. Ya, Belo Betty. Salah seorang komandan revolusioner timur yang punya kekuatan dorongan spirit, atau pemakan buah (kobu kobu no mi). Rasanya buah inilah yang jadi antitesa keputusasaan orang, beruntung pasukan revolusi mendapatkannya. Bayangkan jika buah itu _real life,_ mungkin orang-orang tiada lagi yang kendat, putus asa, sambat, dan selainnya. Kelemahan dan ketakutan akan bajak laut mungkin iya, tapi selama ada buah spirit Betty dia bisa memanipulasi dan memobilisasi orang-orang. Itu adalah buah provokatif. 

Di reverie waktunya revolusioner ambil peran. 
Share:

Sabtu, 28 April 2018

Asumsi "Kaisar ke 5" Dan Status Quo SHP


Mangacan apl

Benar kata Kurohige, "Masih terlalu cepat bagimu menjadi kaisar! Topi Jerami". Tapi, untuk itulah Luffy harus membuktikan dan benar-benar mewujudkan status quo itu. Setelah apa yang dilakukannya di Whole Cake Island dengan sangat bombastis nilai buruannya melonjak drastis satu setengah miliar. Dan untuk menjawab soal "Kaisar", sepertinya ARC Wano akan jadi lebih menarik. Setelah ARC Whole Cake Big Mom sekarang pindah ke ARC Wano Kaido. Secara umum, Big Mom kalah, walau dia tidak dikalahkan, tapi dengan kehancuran kota dan dimentahkannya dua komandan terkuatnya itu sudah cukup membuktikan kekalahannya. Saya curiga nanti pasca dikalahkannya dua orang yonkou Big Mom dan Kaido oleh Luffy mereka akan berkoalisi dan sama-sama menghancurkan kelompok Topi Jerami. Kemudian setelah dua yonkou beres, baru saatnya berhadapan dengan dua yonkou lainnya yang saya perkiraan memang sengaja ditaruh belakangan oleh Oda untuk lawan terkuat Luffy. Tapi, entahlah. Yonkou Shanks pun telah bicara. 

Sementara dunia berikut kaigun, bajak laut kemudian tiap kerajaan dan masyarakat internasional yang kini dalam keadaan tercengang oleh perbuatan kelompok SHP yang dipimpin sang pewaris nama D "Moneky D Luffy" melalui koran-koran yang tersebar. Dengan berita besar itulah pertemuan yang akan diadakan angkatan laut berikut para Raja diseluruh dunia jadi kurang menarik dan terlihat membosankan pastinya. Bisa ditebak, besar kuota konferensi yang berlangsung akan membicarakan soal "Monkey D Luffy" dan kelompok Topi Jerami. Pelan namun pasti, dunia (One Piece) sudah mulai bisa membaca ke mana alur cerita bajak laut ini mengarah. Kehadiran nama Luffy telah merombak peta seluruh bajak laut yang ada. New World yang dikuasi empat kaisar bajak laut atau yang dikenal "Yonkou", kini keseimbangan itu telah goyah dan terancam akan kemunculan Monkey D Luffy. Dan di saat seperti inilah Dunia benar-benar memperhatikan dan mengikuti sepak terjang kelompok Topi Jerami. Inilah kisah petualangan di lautan One Piece.

Hanya wongselo yang mau kayak gini. Wassalam.. 
Share:

Sabtu, 21 April 2018

Soal Hari Kartini

RockingMama.com  


Saya sangat seneng jika para pemuda di tiap generasi mengenang pejuang-pejuangnya, pahlawan-pahlawannya hingga mempelajari pergulatan intelektual kepribadiannya pada zaman lampau dan mengabadikannya melalui sejarah-sejarah yang ada di buku-buku sekolah maupun tugu peringatan, nampak tilasnya dll. Sehingga suatu bangsa memiliki alasan untuk memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan dengan penuh semangat juang yang semata. Artinya generasi muda merasa memiliki misi untuk mengantar bangsanya menuju zaman baru yang mencerahkan karena mereka telah diajari para pahlawan nasional maupun pahlawan swasta dengan penuh rasa tanggung jawab memperjuangkan kemerdekaan kemudian kebenaran, lalu kebebasan, hingga mencapai entitas keadilan sosial.

Betapa konsep pancasila dan uud dibuat dengan sangat baik dan mengarah untuk keberlangsungan kehidupan negara. Hanya saja, walau seberapa bagusnya suatu konsep, konsensus, piagam atau selebihnya, tapi tidak akan terwujud jika stagnan di atas kertas perjanjian. Orang-orangnya lah subjek utama atas komitmen ijazah yang tertulis itu dalam rangka mewujudkan impian dan cita-cita nasional. Nenek moyang memberi berita, Pahlawan mengajarkan perjuangan memenuhi kemerdekaan, tokoh nasional menjalankan roda kenegaraan, Kiyai selaku resi yang menyegarkan sukma tiap orang dan mengajari keikhlasan, Budayawan sebagai wakil dari aspirasi rakyat yang bertugas mengawasi jalannya kepemimpinan yang berlangsung dan pemuda menjadi obor estafet  yang harus diemban menuju masa depan, hingga anak cucu menggenggam cahaya kebahagiaan yang abadi dihari kemudian. Begitulah ceritanya.

Hari ini hari peringatan Ibu kita Kartini, 21 April 2018. Tadinya tiada upaya menulis ini, tapi rasanya perlu juga. Soal Hari Kartini ini sebenarnya intinya sama dengan peringatan hari-hari besar lainnya. Pada hari Sumpah Pemuda di tiap 28 Oktober pernah saya menuliskan begini "Tiap 28 Oktober kita selalu di kapling memperingati hari sumpah pemuda, namun jika pemuda masih terus-menerus diam bukankah ini hanya semacam onani yang konyol". Pemasukan materi setiap saat harus berarti pula untuk didistribusikan kembali ke alam biar stabil, sering input tiada output sama saja dengan onani tanpa ejakulasi. Onani konyol. Yah, semoga itu asumsi yang keliru. Kita optimis untuk masa depan yang cerah.

Saya lihat banyak dari perempuan-perempuan Indonesia yang tengah mengenakan kebaya di hari kartini ini, itu bagus, tapi ketika diekspos ke media bukannya melarang namun, mengapa rasanya seperti menjadikan subordinasi upacara peringatan hari besar kartini itu?. Seolah ingin bilang bahwa "Ini lho aku memperingati hari kartini" dan seakan hari Kartini cuman soal kebaya tok atau semacamnya. Semoga saya salah. Dan saya kira kita butuh sosok real Kartini di kehidupan milenial ini, sebab orang Indonesia mudah untuk mengikuti trend dan gampang viral, makanya jika ada tokoh menarik yang muncul di permukaan dapat memberi pandangan baru bagi anak-anak muda untuk mendonasikan dan menginfakkan sebagian tenaganya untuk masa depan bangsanya.

Menurut saya, untuk melahirkan tokoh  sekaliber Kartini lagi, barangkali bisa dimulai untuk mengajari anak-anak kita sedini mungkin. Misalnya, kalau bisa jangan biarkan anak kita menyadari atau terlena dengan kecantikan yang ia miliki, sebab sekali ia mengetahui itu dan hidupnya sudah di sibukkan melalui cermin, baju, dan foto, maka kedepannya saya kurang bisa menjamin. Dengan catatan ia benar-benar terlena!. Solusinya dengan membantunya menemukan kemampuan potensial yang dimilikinya, apa pun yang disukai anak-anak (yang baik), kita temani dan arahkan hingga menjadikannya hobi kemudian bertransformasi jadi master, maestro, dan ahli. Kalau boleh pinjam kata-katanya Khalil Gibran "Anak-anak kalian bukanlah anak-anak kalian, kalian boleh memberikan kasih sayang, tapi jangan beri pikiran kalian, sebab kehidupan tidak berjalan mundur di zaman kalian" dan ini pun senada dengan yang dipikirkan R.A Kartini "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pandangannya sudah diperluas, maka ia tidak akan sanggup lagi hidup di dalam zaman nenek moyangnya"

Generasi baru selalu punya pikirannya sendiri, biarkan mereka mengeksplorasi potensi terbaiknya dengan membantu mengarahkan, tapi jangan sekali-kali mendikte bahkan mendoktrinnya, karena setiap anak lahir dengan keunikan masing-masing dan punya daya kreativitas yang dinamis. Benar kalau masa lalu adalah sejarah, namun masa depan adalah harapan yang harus diperjuangkan, sebab tiada yang tahu itulah alasan mengapa harus diperjuangkan sejalan dengan berkembangnya semesta alam ini. Wassallam.
Share:

Minggu, 04 Februari 2018

One Piece Chapter 893 "Begitulah Pendekar Sejati"



www.samehadaku.net

#One Piece Chapter 893

Dalam pertempuran ini Oda menunjukkan kalibernya Katakuri sebagai seorang Komandan terkuat Big Mom yang sedang bertarung. Ketika Katakuri menyadari bahwa Flampe membantunya dalam pertempuran, dengan tiba-tiba ia mengarahkan tombaknya ke dirinya sendiri sebagai balasan atas perbuatannya yang telah menikam Luffy dalam keadaan lemah tak berdaya karena terkena jarum tak bersuara dari Flampe. Katakuri sangat malu dengan kelakuan adiknya itu, karenanya ia harus juga melukai tubuhnya sebagai perimbangan kepada Luffy. Dan sebagai ganti dari rasa hormatnya, ia mengakui Luffy sebagai lawan yang selevel.

Itulah yang menunjukkan kelasnya pendekar, bukan hanya komandan. Dan Katakuri menjadi bagian dari salah satu tipe tersebut. Dalam duel yang serius dan sakral, sifat dari kedua lawan akan terlihat dengan sendirinya di tengah pertempuran. Melihat ada suatu kejanggalan ketika bertarung, maka analisa dari kedua pihak akan mempengaruhi serangan-serangan berikutnya. Jika pendekar sejati, ia akan menghormati lawan dengan menunggu untuk bangun dan bertempur lagi, tidak langsung menyerang dengan frontal dan tanpa ampun, tanpa memberi kesempatan kepada musuh (arogan). Karena itu adalah sifat penghormatan. Kalau memang sudah tidak bisa bangkit lagi, berarti kau lah pemenangnya namun, jika lawanmu tiada berdaya lalu kau masih saja menyerang, maka bukanlah yang namanya pendekar. Kau lakukan hanya karena takut kalah! Itu saja. Pendekar tidak takut kalah. Lebih baik kalah terhormat ketimbang menang dari kecurangan.

Dan dalam cerita chapter 893 ini, sang mangaka berusaha menceritakan kepada pembaca budiman bahwa mereka Luffy dan Katakuri termasuk bagian dari pendekar-pendekar yang sejati, karena menghormati satu sama lain.

Dalam duel yang menentukan, bantuan janganlah dilakukan. Dalam duel yang terhormat, bantuan tidaklah diperlukan!.


        Baitul Arqom Yogyakarta, 04 Februari 2018
Share:

Minggu, 28 Januari 2018

Masih Soal Dilan


HAI Online - Grab.ID


Agaknya film Dilan yang baru rilis telah banyak mengundang perhatian khususnya kawula muda, bahkan orang dewasa juga ikut serta. Namun rasanya terlalu berlebihan jika dikata film Dilan mempengaruhi para remaja bahkan mahasiswi untuk berimajinasi walaupun bukan salah juga asumsi itu. Mungkin hanya sebagian saja dan bukan seluruhnya.

Begini, Setelah membaca di mojok.co terkait seorang dosen yang menyurati Pidi Baiq soal film terbaru yang diambil dari buku Dilan-nya sudah banyak tersebar dan terakhir saya cek di facebook sudah lebih dari seratus kali dibagikan warga net. Tapi bukan itu titik ledak yang akan saya fokuskan.
Di sana beliau si Dosen terlihat resah dan sambat kalau diamati dalam surat yang ditulisnya kepada kang Pidi Baiq yang menceritakan kalau sekarang mahasiswanya gampang memberatkan suatu hal/tugas yang maklum bagi mahasiswa. Mungkin soal skripsi dan selainnya. Sampai ada yang berimajinasi jika Dilan yang menjadi dosen, Misalnya "Skripsi ini terlalu berat kamu gak akan kuat, biar aku saja!".  Dan karakter Dilan yang kini jadi dambaan mereka. Sederhananya saat ini Dilan menjadi tokoh semi realis yang kehadirannya ditunggu untuk ada secara real dan eksis bagi kaum hawa, tentunya.

Beliau pak Dosen melihat mahasiswanya terinspirasi dari dialog Dilan tersebut sehingga mereka mengotak-atik sedemikian rupa kalimat baru yang terkait dengan aktivitas mereka. Dan juga mahasiswa terkesan menganggap pahlawan bagi mereka yang bersedia mengambil tugas darinya menurut pak dosen.

Ada lagi dialog Dilan yang diselewahkan berikut: 
"Kamu cantik, tapi aku belum suka, entah nanti sore belum tahu".


Kalau mahasiswa..

"Pelajaran bapak menarik, tapi saya belum pingin ambil, entah semester depan belum tahu".
Sederhana saja. Kalau melihat apa yang ingin disampaikan beliau pak dosen rasanya miris juga bahwa untuk ukuran mahasiswa masih terbawa suasana film yang diperankan oleh seorang Iqbal yang masih sekolah.

Mulanya saya tidak tahu menahu soal Dilan hanya memang saya lihat bukunya di toko buku namun, tidak beli dan sekarang pun tidak beli, bahkan filmnya juga belum lihat selain sedikit penggalannya saja.

Intinya remaja pemuda kita ini masih suka hal romantisme yang tetap eksis dan marketeble di pasaran. Bukan tidak mungkin jika bangsa ini di konsumsi barang begituan terus-menerus akan jadi cemen mentalnya. Dan hanya berkutat soal Cinta, rindu, dan pacaran saja. Bukan soal melarang, tapi memang diakui kalau suatu film dapat mempengaruhi orang (yang dalam keadaannya mirip dengan karakter film tersebut).
Sebetulnya masih ada lagi yang ingin disampaikan namun, tiba-tiba jadi tidak ingin lagi. Ya sudah oke Dilan haha.
Share: