![]() |
HAI Online - Grab.ID |
Agaknya film Dilan yang baru rilis telah banyak mengundang perhatian khususnya kawula muda, bahkan orang dewasa juga ikut serta. Namun rasanya terlalu berlebihan jika dikata film Dilan mempengaruhi para remaja bahkan mahasiswi untuk berimajinasi walaupun bukan salah juga asumsi itu. Mungkin hanya sebagian saja dan bukan seluruhnya.
Begini, Setelah membaca di mojok.co terkait seorang dosen yang menyurati Pidi Baiq soal film terbaru yang diambil dari buku Dilan-nya sudah banyak tersebar dan terakhir saya cek di facebook sudah lebih dari seratus kali dibagikan warga net. Tapi bukan itu titik ledak yang akan saya fokuskan.
Di sana beliau si Dosen terlihat resah dan sambat kalau diamati dalam surat yang ditulisnya kepada kang Pidi Baiq yang menceritakan kalau sekarang mahasiswanya gampang memberatkan suatu hal/tugas yang maklum bagi mahasiswa. Mungkin soal skripsi dan selainnya. Sampai ada yang berimajinasi jika Dilan yang menjadi dosen, Misalnya "Skripsi ini terlalu berat kamu gak akan kuat, biar aku saja!". Dan karakter Dilan yang kini jadi dambaan mereka. Sederhananya saat ini Dilan menjadi tokoh semi realis yang kehadirannya ditunggu untuk ada secara real dan eksis bagi kaum hawa, tentunya.
Beliau pak Dosen melihat mahasiswanya terinspirasi dari dialog Dilan tersebut sehingga mereka mengotak-atik sedemikian rupa kalimat baru yang terkait dengan aktivitas mereka. Dan juga mahasiswa terkesan menganggap pahlawan bagi mereka yang bersedia mengambil tugas darinya menurut pak dosen.
Ada lagi dialog Dilan yang diselewahkan berikut:
"Kamu cantik, tapi aku belum suka, entah nanti sore belum tahu".
Kalau mahasiswa..
"Pelajaran bapak menarik, tapi saya belum pingin ambil, entah semester depan belum tahu".
Sederhana saja. Kalau melihat apa yang ingin disampaikan beliau pak dosen rasanya miris juga bahwa untuk ukuran mahasiswa masih terbawa suasana film yang diperankan oleh seorang Iqbal yang masih sekolah.
Mulanya saya tidak tahu menahu soal Dilan hanya memang saya lihat bukunya di toko buku namun, tidak beli dan sekarang pun tidak beli, bahkan filmnya juga belum lihat selain sedikit penggalannya saja.
Intinya remaja pemuda kita ini masih suka hal romantisme yang tetap eksis dan marketeble di pasaran. Bukan tidak mungkin jika bangsa ini di konsumsi barang begituan terus-menerus akan jadi cemen mentalnya. Dan hanya berkutat soal Cinta, rindu, dan pacaran saja. Bukan soal melarang, tapi memang diakui kalau suatu film dapat mempengaruhi orang (yang dalam keadaannya mirip dengan karakter film tersebut).
Sebetulnya masih ada lagi yang ingin disampaikan namun, tiba-tiba jadi tidak ingin lagi. Ya sudah oke Dilan haha.
0 komentar:
Posting Komentar