![]() |
https://research-methodology.net/classification-of-viral-marketing/ |
Ledakan informasi di lini media jarang bisa dibendung dan jadi kucuran wacana yang akan terus terjun bak hujan yang mendera bumi. Oke fix.
Di Indonesia khususnya, ledakan informasi itu disebut viral. Begitu mudahnya banjir berita tersebut menunjukkan bahwa masyarakat suka dan berusaha mem-forward memenuhi media dengan alasan mengikuti trend.
Nah sayangnya informasi ini hanya tunggal, atau katakanlah tidak beragam. Jadi, hanya satu warta yang diledakkan, bahkan dipaksa meledak atas alasan biar viral. Kiranya begitu.
Kalau saya melihat, ini merupakan suatu fenomen sikap ketidaksiapan mental dalam menghadapi berita, informasi, wacana dan sebagainya lain. Kalau serius memahaminya, itu bukanlah viral. Cuman kemungkinan yang bisa terjadi kapan saja. Yang biasa dibikin tidak biasa. Viral.
Entah mengapa istilah itu bisa lahir?.
Begitu mudahnya masyarakat Indonesia kagetan atau gumunan menurut orang Jawa dengan fenomena yang harusnya menjadi biasa-biasa saja. Inilah mengapa saya katakan belum adanya kesiapan mental dan ruang yang cukup luas untuk mewadahi ragam kondisi, wacana, gejala sosial, hingga perubahan dalam tatanan dunia. Apalagi hanya berkutat di dunia maya. Oke wells.
Sederhananya, Viral adalah kurangnya atau belum ditemukannya kematangan dan kedewasaan di dalam kondisi sosial masyarakat, bahkan untuk tiap individu. Itulah yang melatarbelakangi sering timbulnya pergolakan sosial di lini kehidupan kita sehari-hari. Walau tidak dibantah jika itu ada unsur kepentingan lain.
Kita kurang mau berendah hati dan melupakan konsep Bhinneka.
0 komentar:
Posting Komentar