Di sini Ceritanya Wongsello


Rabu, 04 Desember 2019

Embun #10

Keindahan alam pohon hijau 


Embun #10


Sastra itu seperti origami, tampak bagus nan indah, namun menyimpan banyak lipatan yang sulit dan berliku-liku. Seperti pohon, tidak hanya lurus ke atas, namun berakar, menghujam ke bawah, dan bercabang, sampai ke pucuk daun. Kelebihan itu menjadikan sastra sebagai fenomena alam yang patut dipelajari. 
Share:

Kamis, 28 November 2019

Embun #9

www.hdwallpapersn.com


Embun #9

Banyak baca itu harus, bukan artinya semakin banyak baca bisa gila, tapi bagaimana kita menempatkan segala informasi itu sesuai dengan tempatnya dan mempergunakan pada saatnya. 
Share:

Rabu, 27 November 2019

Embun #8

https://m.soha.vn/kham-pha/soc-con-nguoi-bat-tu-va-khong-the-chet-20150720170549881.htm


Embun #8

Kesadaran minimal yang tidak lahir di tengah badai itu menyedihkan. 
Share:

Minggu, 24 November 2019

Embun #7

https://www.spiritofchi.com/Indonesia/wp-content/uploads/2014/01/hakikat-300x3001.jpg

Embun #7

Kita biasa mencari kebahagiaan di luar, karena mata kita terbawa arus materi untuk mengikutinya. Padahal keindahan yang kita sebut dari kasat mata adalah suatu kefanaan dunia yang maklum dipahami. Dan penglihatan mata sebenarnya adalah saat kita terpejam untuk menjelajahi dunia lain yang sejati.
Share:

Sabtu, 23 November 2019

Embun #6

http://certainlyher.com/red-coat/

Embun #6

Kerinduan akan selalu bisa mengalahkan mereka yang ada disisimu, bahkan dari jarak terdekat pun. 
Share:

Senin, 18 November 2019

Guyonane Wongsello

https://www.wattpad.com/story/137399646-bahagia-dalam-khayalan



"Aku gelem dikei omah iku.."
"Seng iki yo gelem kok.."

Ucapku sesekali saat jalan bareng-bareng dengan teman, kalimat sederhana yang mampu membangun senyum dan bahagia itu seperti bayangan, jadi selalu ada menemani. kalian pikir apa responnya?

"Lha kok wenak urepem jik, aku yo gelem.." disambut gelak tawa meriahh..

Kalau orang bilang bahagia itu sederhana, aku setuju saja, tapi kebahagiaan yang aku bangun malah lebih nyeleneh banget ketimbang diktum bahagia itu sederhana. 

Nampaknya, kekonyolan dari dulu itu sangat membekas sampai sekarang, kata lainnya itu pecengisan (guya-guyu) sikap itu sudah sejak dari kecil, ya memang seperti itu kebiasaanku dulu, pecengisan. Dari mula, aku suka menertawakan orang atau apa pun yang membuatku tertawa, bukan menghina, tapi ya begitulah adanya. 

Itu semacam style-ku dalam pergaulan. Aku membuka peluang untuk orang mudah menerimaku, lebih-lebih akrab dan tanpa pekewuh, maka aku beri mereka show watak itu, kemurnian itu. 

Nah, nanti setelah mereka sudah bisa menerimaku, aku bisa sesuka hati menertawakan mereka dengan tetap menjaga batas-batas dan kadar yang dimiliki masing-masing. 

Meski aku terdampak atau berpotensi direndahkan orang, sangat bisa saja, tapi aku menemukan kebahagiaan di sana. 

Jadi, dengan berkelakar soal pingin rumah tadi, itu hanya sebagian kecil kekonyolan yang biasa aku lakukan. Banyak lagi bahagia yang aku bangun dengan hal-hal aneh dan khayal. Sebenarnya posisiku sendiri memang dekat dengan 'khayalan', jadi wajar itu terjadi. Namun percayalah aku masihlah waras untuk diajak berkomunikasi kok ha ha haa.. 

Tulisan selanjutnya akan melengkapi pertanyaan ini. :)(:


Share:

Minggu, 17 November 2019

Nyatanya, Kehidupan Jalanan Itu Sudah Dimulai Sejak Dulu Masih Kecil




#Saat lulus nanti, aku cukup puas dengan predikat sello dan gelar sarjana bonek wkwk.

Itu kesan pertama yang aku tuliskan sebelum diwisuda dulu. Saat semakin ke sini aku jadi ingat ternyata pengalaman mengaspal atau kehidupan jalanan itu sudah dimulai sejak dahulu kala, sewaktu aku masih kecil di Sekolah Dasar. Waktu itu sering sama teman-teman bermain dan berkelana di banyak daerah, di desa-desa, lintas kecamatan  dengan bersepeda. Tak lupa juga pengalaman nyolong tebu di daerah Masong, sebrang kulon desaku hingga dikejar sama pemiliknya dan diakhiri arit/sabitku dibuangnya di tengah lahan pertebunan itu.

Nyatanya, kehidupan sekarang yang kusebut jalanan itu sekali lagi nyatanya sudah dibentuk dari dahulu kala. Sampai sekarang aku berada di jalur wartawan pun tak ubahnya sama dengan kehidupan jalanan dan terus mengaspal. Dan semua itu bermula ketika aku masih kecil. Ini semacam lintas kesadaran terlambat yang baru teringat sebagai kesadaran waktu past live.

Jadi Timeline jalanan dalam 24 tahunku sederhananya seperti ini: ada tiga rentang, rentang atau paruh pertama di SD masa bermain dan berkelana bersepeda sesuka hati di daerah-daerah sekitar Pati, paruh kedua, di MTs-MA Bonek pas liburan pondok dan sekolah, Kudus, Demak, Semarang, dan Jogja adalah kota-kota tempat kami mengaspal dulu, jadi agak gelandangan di zaman itu. Lalu paruh ketiga, pas di Jogja sebagai mahasiswa jalan kaki di tempat-tempat yang aku pingini, pernah UIN-Selokan Mataram bahkan sering, pernah Sorowajan-Malioboro beberapa kali, Sorowajan-Lempuyanga-KotaBaru, Sorowajan-Krapyak dua kali, terakhir Sorowajan-Kasihan Bantul,kira-kira 12 km kami mangkati dengan jalan kaki. Kebanyakan alasan semua itu aneh-aneh, mungkin tidak masuk akal bagi orang sekarang, tapi begitulah aku, kadang jalan sendiri,kadang bareng teman-teman yang mau. di paruh ketiga ini, ekspansiku belum jauh ke luar kota, apalagi sampai ke luar negeri. Biar itu nanti akan mengerti dalam perjalanan berikutnya. Bukan aku sungguh mengerti dan tahu diriku, tapi intinya dalam penghayatan 24 tahun hidupku, yang kutemui dan kuketahui baru sampai di situ.

Itu sebagai pengantar tulisanku..

Kali ini aku akan bercerita dulu ketika masih sekolah, ketika masih suka bonek untuk jalan-jalan ke mana-mana hatiku suka bareng "Bolo Bonek Ndonyo Akherat" saat itu penemu dan ketuanya adalah Abdul Rois, temanku dari Jambean Pati, sekarang dia sedang bekerja di Korea  hehe..
Saat itu kami berpisah di perbatasan Kudus-Demak karena kebelet boker aku turun di pom bensin setelah sebelumnya janjian untuk ketemuan di Kali gawe jalan Tol arah Jogja. Dulu tugu cengkeh Kudus belum ada. Akhirnya temen" bolo bonek donyo akherat melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan aku sebentar di jalanan, dan aku menyusul kemudian, tapi malah aku yang tiba duluan di tempat perjanjian dengan bonek truk. Lalu pas semua berkumpul kembali melanjutkan perjalanan ke Jogja.

Jogja menjadi kota terakhir di episode jalan-jalan bonek kami, dan siapa kira kini sebagian personilnya masih mengeja nama-nama di jalanan, di kota yang kata Rendra adalah kota tua, kota yang katanya surganya para seniman, kota di mana semua orang mendadak jadi penyair, yang kata anak-anak muda adalah kota tempat pulang dan kembali, kota yang terbuat dari rindu dan kenangan, kota dengan daya magnet yang luar biasa, Jogja.

Kini enam tahun sudah berlalu, dan aku masih tetap mengingat itu, kenangnya. Dan kami memilih jalan kehidupan masing-masing, sebagian di Jogja, Pati, Blora, Semarang, ada yang di Mesir dll. Kini ada yang jadi seniman, penulis, ada yang jadi wongsello, analis one piece abal-abal, ada yang jadi pegiat burung lovebird, ada yang jadi TKI di Korea dll.

Soal namanya, aku hanya meneruskan saja sebuah nama yang dibuat oleh bos Abdul Rois "Bolo Bonek Donyo Akherat".


#Inilah kisah petualangan di jalanan bernama kehidupan Bolo Bonek Donyo Akherat  
























Share:

Sabtu, 16 November 2019

Apanya yang UIN?



Memang di mana letak makna Sunan Kalijaga bagi UIN?

semua diukur dengan buah karya orang barat, bahkan jurusan sastra arab pun banyak skripsinya menggunakan teori barat, bahkan di semua jurusan sama saja. Ini sebuah keanehan dan ciri kurangnya kepercayaan diri. Di mana letak yang namanya kemajuan dan kemandirian? Benar sekali jika penjajahan di atas dunia tetap dan selalu berlangsung dan dilangsungkan. 

Sudah berapa ratus tahun kita belajar dan ada berapa teori yang berani dikeluarkan dan dipakai? Bagaimana pun juga kita tetap menghamba kepada dunia barat dan globalisasi. Kita masih dalam bui kebodohan, masih dalam jeruji kebencian, masih dalam penjara proyek neokapitalis, masih naif soal kemerdekaan yang kabur maknanya. 

Bahkan, ajarannya Sunan Kalijaga pun tak pernah aku lihat selama pembelajaran di kampus. Adakah wawasan dan pengetahuan yang diajarkan mengenai nama tersebut?. Hanya menjelang wisuda, mereka melantunkan satu tembang asmorodhono yang itu pun hanya sekali saja. Jadi, maksudnya cuman nebeng nama besarnya tok?!  

Sungguh memalukan sekali. Kau minjam nama tanpa tau arah dan tujuan memakai nama itu. Jadi di mana letak ruh makna Sunan Kalijaga bagi UIN? Mungkin juga semua yang memakai nama Sunan dan UIN. 

Apa benar kalau UIN itu akronim dari UIN-syaalloh? Insyaalloh UIN wkwk..
Share:

Wisuda, Badut, dan Pembodohan

https://alibrahgresik.or.id/home/pemerintah-kucurkan-rp13-triliun-untuk-beasiswa-ke-luar-negeri/
Ilustrasi : sarjana 



Aku jadi satu-satunya orang yang tidak bahagia ketika wisuda, mungkin. aku merasa seperti badut yang rela digambar dan di pacak atas alasan konyol yang dipercayai bahwa kami adalah sarjana, aneh. memangnya sejak kapan sebuah gelar diberikan hanya dengan bukti skripsi yang terlampau lemah untuk diadu dengan kehidupan nyata, memang bukan begitu sih yang dimaksudkan.

Tapi, ironisnya kita mempercayainya. itu ironi di atas ironi. Dan dalam beberapa waktu juga aku tidak memakai ijazahku itu. 

Kalau bukan karena orang tuaku, aku tidak mau dipacaki seperti itu. Jiwaku menjerit supaya lekas selesai acara dan pergilah dengan cepat. Wisuda tiada kesan buatku, selain seperti apa yang aku gambarkan di atas.  

Aku jadi teringat ucapnya mbah Nun suatu kali, tidak ada yang namanya pencapaian dalam mencari ilmu itu, wisuda itu pembodohan. Begitu kiranya. 

Dan lucunya diam-diam kita bangga dan benar-benar mengakui gelar sarjana itu. Mengerikan. 

Selamat datang di dunia nyata kawan-kawan..

Jangan mau diberi mimpi dan janji dalam kelas..!! Itu bukan kebebasan, tapi penyempitan cakrawala dan penindasan kemerdekaan juga pesakitan intelektual  dan batin..!!.
Share:

Kamis, 14 November 2019

Embun #5

https://muslimobsession.com/wasiat-rasulullah-agar-umatnya-selamat-dan-bahagia/


Embun #5
Bahagia bukan tambah kurang ataupun pembagian. Bahagia ditentukan bukan dari rumus matematika, ia tercapai berkat keselarasan antara hati, pikiran, dan keadaan sehingga membuatmu bisa bersyukur dan menikmati kahanan.
Share:

Sabtu, 09 November 2019

Kritis Itu Tidak Ada


http://blog.cicil.co.id/manfaat-dari-berpikir-kritis/


Kritis bagiku itu tidak ada karena itu hanyalah persoalan pencapaian. Coba kita elaborasi  begini, dalam sebuah konteks besar maupun kecil kita sering melakukan reaksi terhadap tesis yang bertebaran tersebut. 

Namun, biasanya jika ada yang mempertanyakan atau kerennya mengkritisi suatu teks, konteks atau wacana kita lebih sering menganggap itu adalah sikap kritis. 

Agaknya itu terlalu melebihkan saja  karena kritis atau pun tidak hanya terletak pada pemahaman dan pencapaiannya bloko.

Orang mengulas dan mengelaborasi wacana kita sebut kritis dikarenakan tadi, kita belum sampai pada pemahaman orang yang mengkritik tersebut jadinya kita sebut dia cerdas karena dapat mencari titik kritis di mana kebanyakan orang tak tahu letaknya. 

Padahal itu hanya persoalan pemikiran dan pemahaman!. Kalau kita sudah sampai pada pencapaian itu, maka dengan santai kita menganggap itu biasa saja. Sebab sudah tahu, jadi sederhananya kritis merupakan akibat dari pemikiran yang telah dicapai untuk memahami.

Ini juga sama dengan kredo 'buku berat'. Sama saja peristiwanya, tidak ada buku berat atau bacaan berat itu kalau kamu sampai pada cara berpikirnya. Pemahamannya. :)(: 
Share:

Sabtu, 02 November 2019

Ngopi Itu Dorongan Hati, Bukan Indoktrinasi

Wongsello


Kalau tidak salah pemikiran ini lahir di kamar pas ada teman yang ngajak ngopi di warkop dan saya menolaknya. Buat saya ngopi bukan atas dasar ikut-ikutan atau bahkan paksaan dari mereka. Saya tidak segan-segan untuk menolak secara langsung ketika hati dan pikiran tidak stabil, katakanlah lagi tidak pengen.

Ngopi berasal dari perasaan, bukan pikiran untuk semena-mena, itu yang menjadikan stabilitas kata-kata dan gaya kita di media tidak untuk berlaga. Ngopi bukan gaya-gayaan dan mengikuti tren untuk di follow. Ngopi adalah ritual bagi penikmat kehidupan, begitu kiranya. 

Dalam pandangan wongsello sendiri, ngopi tidak begitu dijadikan prioritas utama. Media bisa apa saja, bahkan hingga air putih pun saja untuk menyeruput tidak masalah. Cuma, memang manusia suka mencari yang mudah dan enak untuk dinikmati. Tidak mengingkari nikmatnya kopi, sekali lagi! Tidak anti, yang ingin disampaikan adalah ada media banyak yang bisa digunakan. 

Lalu maksud indoktrinasi di sini jika kita ngopi itu karena memang tidak suka atau entah hanya ikut-ikutan. Jadi dia tidak punya inisiatifnya sendiri dari nikmatnya ngopi. Banyak wacana dan cara pandang untuk menjelaskan soal ini, namun bagi wongsello sendiri ngopi merupakan kebiasaan lama yang wajar dinikmati hingga hari ini. Meski, ngopi sekarang jadi gaya hidup atau life style yang di(mewah)kan, baca : dibisniskan. 

Ngopi itu dorongan hati, bukan indoktrinasi. :)(:
Share:

Jumat, 01 November 2019

Kesadaran Seorang Kawindra "Kesadaran Adalah Matahari"


Shutterstock

Kesadaran adalah matahari 
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala 
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata


Rendra mungkin tidak akan sampai pada cara berpikir semacam ini, jika tidak menghayati alam dengan kesadaran terdalam. Aku punya dua cara pandang untuk menjawab ini:

Pertama, kesadaran adalah matahari merupakan sebuah upaya pencarian dan pencapaian manusia yang menggunakan akalnya beserta intuisi perasaan hingga hasil sebuah kesadaran, menyadari bahwa matahari adalah sebuah kesadaran hidup. Kesadaran untuk memberi dan menyebarkan. 

Kedua, kesadaran matahari merupakan kesadaran Tuhan. Kesadaran untuk menghidupi dan mencahayai alam semesta beserta sekalian makhluk.

Kedua cara pandang itu hampir mirip dan terkesan tiada perbedaan, memang aku lebih menekankan sebagai dua pandangan yang saling menguatkan dan terhubung. Jadi, kesadaran Rendra mengenai alam ini merupakan kesadaran tinggi sebagai manusia.

Mengagumkan untuk saat ini jika manusia bisa sampai pada kesadaran semacam ini, walau sebetulnya itu adalah kewajaran dan keniscayaan manusia. Sebab, matahari adalah simbol Tuhan dan kesadaran matahari adalah kesadaran sebagai cahaya yang menyinari segala.
Share:

Jumat, 25 Oktober 2019

Dalam Ketidakjelasan Terdapat Kejelasan

https://artikula.id/dimassigitcahyo/meme-sebagai-metode-gerakan-baru-mahasiswa-milenial/



Ada sebuah kesadaran baru yang lahir dari wacana kehidupan yang semakin mengarah ke sini itu. Dalam mainstream kebudayaan yang telah berjalan, umumnya manusia menyukai kejelasan atau sesuatu yang jelas dan terarah, simpelnya terkonsep rapih. namun, aku dapat pandangan baru bahwa justru kejelasan itu dimulai dari ketidakjelasan. konsep ini berangkat dari pengalaman yang murni sekali, bahkan sebelum pandangan yang sama disampaikan di 17-san, suatu acara kebahagiaan di Jogja. 

Pikiran kita dikontrol globalisasi yang menjadikan semua bak pasar dan material. Dengan keadaan seperti itu, kita di intervensi dan terus ditekan dunia hingga tidak bisa tidak untuk mengikuti alur mereka. Akibatnya nalar pikiran dan batin kita ikut terkikis menjadi rongsokan yang akan mengikuti arus air bah, lalu akhirnya dibuang di tempat yang terlupakan. Paham yang kian tenar itu sadar entah tidak menjadi duri yang menggantikan roh dan jiwa suci kita. 

Maka, atas semua dasar yang konyol itu kita dituntut untuk melakukan hal yang berorientasi ke kapitalisme. Jadi, soal perhitungan harus jelas dan terarah, dan yang tidak jelas dan menguntungkan mereka akan dibuang dan dicap tidak berguna, dunia membenci dan mengutuknya, itu cara mereka. 

Aku sendiri membawa pijakan yang berbeda, jika kejelasan itu akan mengarah ke suatu hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika dan perasaan, maka sebisa mungkin kubuang. Namun, aku menemukan bahwa yang sejujurnya tidak jelas itulah yang akan berbuah jelas. Agak aneh, tapi masuk akal. 

Kalau kamu menunggu sesuatu yang menurutmu tidak jelas, sejujurnya itulah kejelasan. Jelas menunggu dan jelas untuk bersabar, lalu jelas mempelajari keadaan itu. 

Jika dirimu bertanya soal bab konsep dan sistem, memangnya seberapa parameter yang kamu gunakan untuk menghisab itu semua. Emang, yakin dapat terarah dan lancar? Emang bener tahu kalau hasilnya akan sesuai perkiraan? Apa barometermu untuk yakin atas apa yang kamu sebut kejelasan itu?. Emang kamu yakin tahu yang namanya Qodlo Qodar? 

Kalau dasar perhitunganmu adalah materi dan keuntungan, rasanya itu sia-sia. Bahwa suatu yang tidak jelas itu pun sudah jelas. Dalam ketidakjelasan terdapat kejelasan. Ini rasanya mirip suatu ayat, "Bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan". 

Share:

Orang-orang Gila yang Emoh Disebut 'Gila'

Instagram Baim Wong/Facebook Irmha Utami Putrie


Kita sering memakai idiom atau istilah yang sebenarnya kadang tersaling-silang atau bahkan distorsi dan rancu. Sebagian mengartikan orang gila adalah terjadinya gangguan saraf di otak yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam kepala hingga jadi oleng (terganggu jiwanya).

Bagiku orang gila adalah orang yang tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan rasa dan nuansa yang dimilikinya. Lalu terciptalah bahasa dan budaya, di sini ekspresi rasa kelihatan mendapat platform, tapi sebetulnya sedikit sekali yang bisa dijelaskan.

Kita lihat penyair, menurutku mereka itu orang-orang yang sarat 'gila'. Mereka tiada punya tempat untuk dapat menyalurkan ekspresi jiwanya yang hanya sekadar menjerit misalnya. Hanya melalui bahasa mereka berusaha menyampaikan sesuatu yang sebenarnya itu tidak cukup terwakili. Dan mereka sadar.

Kemudian seniman/perupa. Mereka punya sedikit gambaran yang mungkin bisa dicerna oleh mata jeli orang-orang.
Sapuan kuas dan tebal tipisnya warna akan menjadi nuansa yang dapat menilai lukisan itu sendiri, apalagi jika dibangun dengan suasana magis. Walau banyak juga semisal lukisan yang tidak berbentuk dan abstrak, justru disitu titik di mana ekspresi seniman terwakili, mungkin.

Mereka tidak punya gambaran pasti mengenai karya yang akan dibuat. Jadi lukisan abstrak adalah satu cara yang dapat dimunculkan ke permukaan dengan memendam ekspresi makna sang pelukis.

Bahkan di zaman yang katanya generasi Z, zaman milenial ini mengatakan mereka yang mengaku waras pun rupanya identik dengan orang gila beneran, dan yang  mereka katakan 'gila' justru malah yang waras pemikirannya, aneh. 

Aku kira mereka seniman dan penyair itu orang-orang 'gila' yang hobinya berbicara dengan semesta dan alam, tapi alam gagal memahami mereka. Alam itu adalah manusia.
Share:

Embun #4

https://m.brilio.net/ngakak/13-meme-macam-macam-teman-ini-bikin-ngakak-mana-yang-kamu-banget-170131s.html


Embun #4

"Dalam Ketidakjelasan Terdapat Kejelasan"

Share:

Embun #3

http://m.voa-islam.com/news/muslimah/2016/01/08/41569/media-massa-dalam-islam-lindungi-ibu-dan-anak/


Embun #3

Sehebat-hebatnya penulis, sekali dia ikut mainstream media, maka dia bukan apa-apa selain hanya sebagai penyalur dan penyuplai hasrat media.
Share:

Selasa, 21 Mei 2019

Ini Soal Kenangan #2

Wongsello 


Orang kangen karena ia pernah tersenyum, tertawa, dan bahagia. Kebersamaan. Tiada yang pernah mengharapkan kesedihan, sebab pada dasarnya manusia mencari kebahagiaan. Manakala lagi di ambang kehampaan dan kegalauan, maka orang akan merindukan masa-masa bahagia dulu. Itulah kangen. Menjadi kenangan.
Share:

Minggu, 12 Mei 2019

Berkah Ramadhan

nusagates.com


Berkah atau barokah adalah bentuk transformasi dari nilai-nilai rahmat Tuhan yang telah dikreatifi oleh manusia. Sehingga nantinya akan menjadi kebaikan, manfaat atau yang dikenal dengan berkah atau barokah untuk lainnya. 


Di dalam salam pun dua nama itu disebut secara berurutan "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh". Sebelum sampai ke berkah atau barokah, Tuhan memberi nilai-nilai yang lebih default dan principal kepada manusia agar dapat dipelajari dan disalurkan kembali dengan kreatifitasnya masing-masing untuk alam semesta yaitu rahmat. Mudahnya, rahmat dapat diartikan sebagai cinta atau kasih sayang Tuhan. Ini luas. 


Nah, pada bulan ramadhan inilah orang-orang banyak membicarakan soal berkah atau barokah ini. Harapannya dengan hadirnya bulan suci yang selalu dinanti-nanti ini dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semuanya sehingga terciptalah suasana badani dan rohani yang saling terhubung dan akan mengamankan atmosfer di alam. 


Ramadhan adalah bulan rohani, maka dalam bulan inilah kita secara rohaniah dapat meningkatkan kualitas diri dengan menciptakan udara segar dan lebih baru lagi dari kemarin-kemarin. Yang nantinya akan keluar melalui kaki tangan kita bekerja untuk memperluas kebaikan-kebaikan di dunia. 


Lalu output selanjutnya dari kebaikan-kebaikan ini akan melahirkan pemahaman baru orang tentang apa itu "Fastabiqul Khoirot". Dan di dalam bulan ramadhan inilah atmosfer itu sangat terasa. 
Share:

Rabu, 24 April 2019

Kesadaran Kurang Maksimal #2

solusisupersukses.com


Keraguan adalah akibat dari kesadaran yang kurang maksimal. Aku baru saja mengalami kejadian yang membuatku tidak pede dan bertanya-tanya tentang keberadaan barang yang aku cari. Flashdisk. Keyakinanku barang itu ada di atas tikar atas tumpukan kertas skripsi, namun aku masih ragu dan mempersoalkan kepada orang-orang terkait yang pernah satu area atau yang bersinggungan sebelumnya. Aku tanyai semua dengan harap cemas, hingga asumsi disembunyikan jin atau makhluk astral pun terlintas di benak.

Apa yang ingin ku sampaikan?

Sederhana  saja. Ceritaku tadi adalah bukti kurangnya kesadaran maksimal yang kita kerahkan untuk mencapai kesadaran tinggi. Itulah yang akan menghilangkan keraguan dan kebimbangan yang kita rasakan. Kesadaran dapat dicapai dengan bertambah baik demi waktu dan akan memperkuat keyakinan yang kita miliki. Inilah yang akan membangun kesadaran tanpa penyesalan ketika kita mengambil keputusan yang berbuah kegagalan. Sebab kita sadar dalam memilih itulah yang menjadikan kita tidak menyesal di kemudian hari. Banyak pertimbangan, perhitungan telah ditempuh untuk sampai pada pemikiran itu, maka sebenarnya penyesalan itu tidak ada kan. Mungkin seperti inilah Khalil Gibran pernah mengatakan “Penyesalan tidak seharusnya ada, karena kita banyak belajar dari diri sendiri” melalui banyak pengalaman dan penderitaan kehidupan tentunya. 
Share:

Selasa, 23 April 2019

Kesadaran Laser dan Cahaya



Rakyatku News 


Aku membayangkan orang yang sholat seperti memancarkan sinar laser ke atas dan ke seluruh penjuru. Dengan pemahaman itu, nanti akan berkembang menjadi cahaya yang melingkupi. Laser adalah cahaya yang memancar satu persatu di tiap titik penjuru alam, dan cahaya adalah laser yang telah mengalami penguapan dan penyebaran dari tiap titik menjadi terhubung dan menjadi satu cahaya agung atau cahaya inti.


Share:

Minggu, 31 Maret 2019

Bukan Hutang, Tapi Sedang Butuh

kaskus.co.id


Aku memperlakukan teman yang hutang bukan sebagai orang yang berhutang padaku, tapi karena mereka sedang butuh itulah yang membuatku menyerahkan uangku. Menyerahkan sebab semua ini bukan milikku, ku sadari itu. Jadi aku tidak menggunakan kata 'memberi' atas alasan demikian. Seperti yang pernah aku ceritakan pada temanku kalau sebetulnya aku tidak mempunyai ini (uang), kebaikan orang-orang lah yang menjadikan ini ada dan tetap dibalik blueprint Tuhan.

Dan aku tidak berusaha untuk menagihnya. Aku berupaya mempertahankan prinsip itu, soalnya tidak sebaiknya orang yang butuh itu ditagih hutangnya, kalau bisa seperti itu meski terkadang masih menahih saat kepepet. Biarkan mereka memenuhi kebutuhannya dan diam lah di tempat, kalau Tuhan sudah berkehendak kamu tidak akan pernah menyangka akan dari arah mana rejeki itu berlomba-lomba menyongsongmu. Itu yang aku pahami. Terkait kalau aku sedang butuh sementara tiada uang, maka aku akan meminjam dari teman lainnya yang bukan dari orang yang pernah hutang padaku. Aku tidak ingin balas dendam dalam hal itu, balas dendam tolong menolong bagiku sungguh kurang berkenan. Setidaknya, bukan untuk membuat perasaan pekewuh atau rikuh dari teman.

Atas pemahaman semua itu aku berani mengatakan bahwa hutang bukan berarti hutang, tapi sedang butuh dan soal menagih aku tidak sampai hati untuk itu, jika tidak kelewat batas. Tentu aku masih belajar dan berusaha, aku juga punya pemahaman lain kalau ada yang hutang sebenarnya aku sedang berpikir bahwa ini Tuhan yang sedang hutang, maka aku harus menyerahkan apa yang menjadi milik-Nya. Kamu tahu kan, aku tidak segila untuk menyerahkan semuanya, aku bukan sehebat itu dan aku masih belajar dan berusaha.
Share:

Kamis, 21 Maret 2019

Ini Soal Longmarch

http://tir-shina.kiev.ua



Aku biasa ngomong soal longmarch di selembar atau lebih timeline wa sampai-sampai aku  tidak memperhatikan orang yang membaca soal apa itu long march.

Aku sendiri meminjam istilah itu dari aktivis demonstran. Pertama kali kenal istilah itu dari tulisannya Gie (Catatan Seorang Demonstran). Ya, Soe Hok Gie aktivis kemanusiaan yang mati muda dan suka menulis catatan harian itu.

Buatku longmarch sendiri adalah sebuah upaya, usaha untuk memperlambat waktu dengan mengamati dan meneliti dari setiap hal atau pandangan atau yang dirasakan atau apa sajalah sehingga memperkaya pengetahuan dan ilmu. Anak muda sekarang sukanya ngegas untuk mendapatkan keinginannya, tapi aku termasuk yang percaya bahwa dengan langkah yang ritmis juga akan mencapai ke sana. Langkah bagiku seperti tahapan yang dapat dilakukan dengan proses perlahan namun kaya akan pengetahuan dan kesadaran yang nanti akan berakibat pada keilmuan.

Padahal dalam kenyataannya waktu itu terus maju dan meninggalkanku, tapi mengapa aku menyebutnya malah memperlambat?

Sebetulnya aku berusaha mengiringi waktu itu dengan perlahan, bukan berpacu ya, tapi bebarengan, namun orang mungkin akan bertanya mana mungkin bebarengan, toh pada akhirnya kau hanya akan ditinggalkan waktu dan membuatmu tidak tepat waktu untuk sampai di tempat.

Memang benar. Namun, kita dapat sesuatu yang barangkali tidak dilihat orang dengan motor. Melangkah itu dengan irama yang ritmis, tidak untuk adu kecepatan, tetapi membangun kesadaran akan kehidupan. Normalnya jarak Sorowajan-Malioboro kira-kira 15 menit jika pakai motor. Akan terasa berbeda dengan yang long march sekitar satu jam. Apa yang di dapat pakai nge gas dan pakai langkah akan tidak sama hasilnya, kecuali yang motoran punya kemampuan itu.

Di jalanan banyak pengetahuan dan ilmu yang berserakan hingga akan menambah dan mempertajam kesadaranmu. Aku tidak anti motor, bahkan aku akhir-akhir ini butuh. Yang aku katakan longmarch itu satu cara untuk menghadirkan pemahaman baru dan kesadaran baru yang lain. Yang nantinya akan berdampak pada keilmuan kita masing-masing.
Share:

Kamis, 07 Maret 2019

Embun #2

Galeri



Embun #2


Kecantikan berbanding lurus dengan kebijaksanaan seharusnya. Semakin cantik orang semakin tinggi tingkat kebijaksanaannya. Karena tahu dirinya punya potensi itulah yang menjadikan kebijaksanaannya makin tinggi. Jika tidak, maka ada benarnya kata-kata Eka Kurniawan "Cantik itu luka".
Share:

Selasa, 19 Februari 2019

Ditengah Hipokrisi Media

www.redstate.com


Seperti yang terjadi sekarang, ledakan informasi dan alat ekspresi yang begitu masif telah mengubah peta jalanan orang-orang hingga anak-anak milenial. Dulu informasi, ilmu, wacana, pengetahuan, dan sebagainya didapat dengan melalui proses nyata untuk merguru langsung atau katakan secara konkrit. Bisa saja dengan buku atau cerita dari orang.

Namun, jika melihat kabar hari ini seperti membalik zaman dari yang inten jadi instan. Begitu yang saya pahami. Mau cari informasi apa pun dengan mudahnya kita menjejak ke laman pencarian yang kini biasa disebut Google untuk mendapat apa yang kita cari. Orang tua, remaja, bahkan anak-anak telah mengalami kemajuan dalam hal konsumsi dan menggunakan teknologi itu.

Hal yang paling disesalkan adalah kita tidak tahu mana berita atau informasi yang benar dan nyata. Akhirnya dengan ketidaktahuan itu kita jadi frontal dalam mengkonsumsi informasi lalu saling salah menyalahkan orang lain dan mengklaim diri kita yang benar sendiri. Itu merupakan kebodohan yang kita alami sekarang.

Media memberi ruang bebas untuk mengakses dan membagi informasi, tapi sekaligus berpeluang untuk membentuk opini global. Akibatnya bagi mereka yang kurang peka dan memahami informasi dengan teliti akan mudah terseret arus media yang menghegemoni. Selain itu, media yang ada sekarang apakah benar untuk mencerahkan masyarakat dalam hal informasi, atau mencari konsumen apa hanya menarik kesimpulan supaya menjadi keuntungan pribadi?. Kita juga harus mempertanyakan hal tersebut dalam diskusi. Satu media tak mungkin sama persis dalam memberitakan informasi, mungkin intinya sama, tapi ada titik tolak yang berbeda dari tiap media. Mereka punya visi misi yang berbeda dalam arti luas.

Menurut saya, bagi anak-anak milenial pemahaman dan ketelitian dalam mengakses informasi harus benar-benar hati-hati. Kita harus memikirkan dari hal kecil bahkan sepele, bersikap hati-hati dan terus belajar adalah satu cara untuk menuju perbaikan hingga dapat mengubah cara pandang anak Indonesia untuk lebih kritis dalam hal informasi dan pengetahuan.
Share:

Mahasiswa Itu Apa?

hype.idntimes.com


Ada hal baru yang saya alami dalam perjalanan kehidupan ini. Menjadi mahasiswa. Orang bilang sekolahlah setinggi-tingginya biar dapat serenteng gelar, nanti kerjaannya layak, gajinya banyak, kaya Raya, istrinya cantik, terkenal, dan jadi orang besar dan dihormati orang banyak.

Aku tidak benar-benar peduli dan menggugu perkataan itu hingga nanti akan kubuktikan siapa yang lebih kuat dan menjalani hidupnya sendiri-sendiri dengan selamat dan berhasil. Biarlah orang berkata seperti itu, tapi tiap orang punya pikiran yang berbeda, cara pandang yang beda, dan mimpi yang tak sama. Bukan soal jika nanti dikatakan kalah atau menang, yang penting siapa yang mau berjuang sampai akhir. Itulah yang aku pahami dan pegang. Prinsip.

Hari pertama masuk kuliah aku mulai dengan pertanyaan, kenapa disebut mahasiswa? Apakah ini sistem kasta atau apa, kalau ada maha berarti ada yang mini. Ini aneh, mengapa? Intinya semua adalah penuntut ilmu, dengan pemahaman seperti itu bukankah sama artinya jika disebut murid. Dalam bahasa arab, murid itu subjek yang punya hajat, atau katakanlah orang yang berkeinginan, menginginkan. Jadi kalau memang demikian kenapa diciptakan nama "Maha" jika memang sama saja dengan siswa/murid?. Kenapa dengan pede dikatakan seperti itu, apa mapelnya lebih sulit ketimbang di sekolah, atau bagaimana?. belum tentu juga, selain itu Menurut ku kuliah hanya pengembangan saja dari yang pernah dipelajari di sekolah.

Mahasiswa itu tidak ada!. Aku lebih suka dikatakan siswa/murid tok! Tanpa embel-embel maha. Maha itu milik Tuhan.
Share:

Mentari dan Lentera

screenshoot

keperkasaan mentari takkan pernah menindas cahaya lentera bumi ini
seperti wajahmu yang dihiasi kegembiraan petang itu
kegembiraan yang dilingkupi kesedihan,

namun
kesedihan dibalut dengan kebahagian
mesra dirasa enak dikata
aku sebuah nada dan
engkau, tembang lala dengan seluruh aransemen 

aku hanyalah lentera yang diusik angin malam
sedangkan engkau adalah mentari yang mengguyur jiwa-jiwa kegelapan dengan cahya cinta sejati 

Wajahmu adalah wajah kemanusiaan
Wajahmu adalah wajah  kedermawanan 
yang tiada pernah lelah 
membesarkan hati lentera kami

petang itu
aku melihatmu bak cahaya yang 
dikerumuni laron-laron kecil
dari tiap gelombang yang engkau pancarkan

tiada perlu ungkapan
tak ada suara bersambut tanya
yang ada hanyalah sebuah kidung cinta tanpa perantara biola
atau gita alam yang tak perlu seruling bambu 

                                                                                                                                                di  05.10
                           Yogyakarta, 09 Desember 2018
        















Share:

Blog Archive