 |
https://www.wattpad.com/story/137399646-bahagia-dalam-khayalan |
"Aku gelem dikei omah iku.."
"Seng iki yo gelem kok.."
Ucapku sesekali saat jalan bareng-bareng dengan teman, kalimat sederhana yang mampu membangun senyum dan bahagia itu seperti bayangan, jadi selalu ada menemani. kalian pikir apa responnya?
"Lha kok wenak urepem jik, aku yo gelem.." disambut gelak tawa meriahh..
Kalau orang bilang bahagia itu sederhana, aku setuju saja, tapi kebahagiaan yang aku bangun malah lebih nyeleneh banget ketimbang diktum bahagia itu sederhana.
Nampaknya, kekonyolan dari dulu itu sangat membekas sampai sekarang, kata lainnya itu pecengisan (guya-guyu) sikap itu sudah sejak dari kecil, ya memang seperti itu kebiasaanku dulu, pecengisan. Dari mula, aku suka menertawakan orang atau apa pun yang membuatku tertawa, bukan menghina, tapi ya begitulah adanya.
Itu semacam style-ku dalam pergaulan. Aku membuka peluang untuk orang mudah menerimaku, lebih-lebih akrab dan tanpa pekewuh, maka aku beri mereka show watak itu, kemurnian itu.
Nah, nanti setelah mereka sudah bisa menerimaku, aku bisa sesuka hati menertawakan mereka dengan tetap menjaga batas-batas dan kadar yang dimiliki masing-masing.
Meski aku terdampak atau berpotensi direndahkan orang, sangat bisa saja, tapi aku menemukan kebahagiaan di sana.
Jadi, dengan berkelakar soal pingin rumah tadi, itu hanya sebagian kecil kekonyolan yang biasa aku lakukan. Banyak lagi bahagia yang aku bangun dengan hal-hal aneh dan khayal. Sebenarnya posisiku sendiri memang dekat dengan 'khayalan', jadi wajar itu terjadi. Namun percayalah aku masihlah waras untuk diajak berkomunikasi kok ha ha haa..
Tulisan selanjutnya akan melengkapi pertanyaan ini. :)(: