![]() |
Wongsello |
Kalau tidak salah pemikiran ini lahir di kamar pas ada teman yang ngajak ngopi di warkop dan saya menolaknya. Buat saya ngopi bukan atas dasar ikut-ikutan atau bahkan paksaan dari mereka. Saya tidak segan-segan untuk menolak secara langsung ketika hati dan pikiran tidak stabil, katakanlah lagi tidak pengen.
Ngopi berasal dari perasaan, bukan pikiran untuk semena-mena, itu yang menjadikan stabilitas kata-kata dan gaya kita di media tidak untuk berlaga. Ngopi bukan gaya-gayaan dan mengikuti tren untuk di follow. Ngopi adalah ritual bagi penikmat kehidupan, begitu kiranya.
Dalam pandangan wongsello sendiri, ngopi tidak begitu dijadikan prioritas utama. Media bisa apa saja, bahkan hingga air putih pun saja untuk menyeruput tidak masalah. Cuma, memang manusia suka mencari yang mudah dan enak untuk dinikmati. Tidak mengingkari nikmatnya kopi, sekali lagi! Tidak anti, yang ingin disampaikan adalah ada media banyak yang bisa digunakan.
Lalu maksud indoktrinasi di sini jika kita ngopi itu karena memang tidak suka atau entah hanya ikut-ikutan. Jadi dia tidak punya inisiatifnya sendiri dari nikmatnya ngopi. Banyak wacana dan cara pandang untuk menjelaskan soal ini, namun bagi wongsello sendiri ngopi merupakan kebiasaan lama yang wajar dinikmati hingga hari ini. Meski, ngopi sekarang jadi gaya hidup atau life style yang di(mewah)kan, baca : dibisniskan.
Ngopi itu dorongan hati, bukan indoktrinasi. :)(:
0 komentar:
Posting Komentar