Terkadang secara tidak sadar aku masih mengharapkan yang tidak-tidak soal perusahaan. Kuyakini kekeliruan itu sesaat setelah kesadaran pulih kembali, dalam sebuah ruang, arena, tempat, atau medan pertempuran yang telah ditentukan kita tidak akan bisa menang, kiranya seperti itu Sabrang pernah katakan.
Dan jadi naif jika orang-orang yang berada di dalamnya mengahayalkan sesuatu yang mustahil. Karenanya juga semakin berpikir untuk mengalahkan atau setidaknya dapat penghargaan entah rupa-rupa, bonus, gaji nambah, bahkan kenaikan jabatan sebab benefit dari perusahaan jadi makin tidak masuk akal ketika kita berpikir itu memang hak kita setelah kerja sangat keras menguntungkan perusahaannya, meski masih bergantung sikap perusahaan atasnya.
Kekeliruan itu sedikit aku konkretkan begini, lama karyawan atau pekerja dalam suatu perusahaan mungkin bisa kita presentasi atau kita asumsikan akan adanya reward berupa perubahan aktivitas yang memungkinkan skill karyawan meningkat atau setidaknya menjadi kandidat atau katalis rekomended buat si pemilik perusahaan. Jadi kemampuan, skill pekerja lama akan meningkat karena ada tantangan baru untuk dijadikan tolak ukur dalam turut mengembangkan perusahaan dan ini bisa berwujud mutasi atau atur ulang dan pembagian job desk karyawan. Sederhananya ada perubahan antara pekerja baru dan pekerja lama dan aku tidak pakai istilah senioritas.
Idealnya jika berpikir pakai manusia, owner perusahaan dapat mendayagunakan dan memantau skill para karyawannya dengan mungkin dapat diambil sampel penilaian setiap bulannya. Dengan ini juga antusiasme karyawan akan meningkat dan positif bagi keberlangsungan perusahaan. Namun, memang sayang sekali owner suatu perusahaan yang sudah tidak bisa bertemu karyawannya tidak bisa melihat lingkungan ekosistem itu secara sehat dan konkret (perusahaan besar), meski aku juga meragukan mereka berpikir sampai sini. Sebab, semua ini sekarang adalah industri jadi aku tidak bisa meneruskan cara berpikir manusia itu lama-lama. Dan ini berdasar apa yang aku lihat dan alami sekadar saja, pasti ada perusahaan yang mementingkan manusianya, minimal bila mereka masih dapat bertukar sapa setiap hari katakanlah. Atau karena memang dari mulanya mereka berangkat sebagai manusia.
Belum juga bicara soal persaingan yang tidak sehat dan masalah berupa-rupa lainnya. Sebetulnya dari hal internal sesama karyawan saja pasti ada persoalan, apalagi jika sudah bicara mengenai perusahaan, yang orang-orang di dalamnya diracuni perihal pangkat, jabatan, hal-hal yang pernah diperhitungkan secara ilmu pun bisa meleset dan berubah sama sekali karena adanya nafsu, hasrat ingin menjadi yang teratas.
Dus, aku makin ngakak saja jika teringat apa yang aku khayalkan itu. Tiada perlu menderita dengan semuanya, titik tolak yang berbeda tidak akan menjadi pelabuhan selanjutnya, baiknya berpikir yang lain dan membuat planning baru lagi. Walau aku pun bukan orang se-perfect itu.
0 komentar:
Posting Komentar