Di sini Ceritanya Wongsello


Selasa, 04 Mei 2021

Manusia Iman, Kehidupan Puisi dan Tumbuhan


"Puisi tumbuh seperti pohon
Dari akar menjulang sampai pucuk daun
Hingga buah kan manfaat dipetik.. 

Malam sebelum sore hari ziarah ke makam mas Iman Budhi Santosa, aku ditemui beliau dalam mimpi, begitu impresif hingga membuatku menulis judul ini. Samar-samar aku melihat beliau mengajariku puisi pohon, menerangkan seakan-akan bahwasanya puisi itu sama halnya pohon, ia tumbuh kembang dari akar hingga buahnya yang di tengah-tengah atau dalamnya terdapat macam-macam variabel. 

Akar mendasari bangunan, kemudian dahan menjulang bak pilar yang menguatkan, menjelma ranting yang bercabang-cabang mencakar langit, setelah pondasi yang siap dan kokoh berdiri daun dan bunga menyelimuti hingga lebah dan mahkluk hidup lainnya kepincut menghampiri, lalu muncullah buah di babak akhir, dan tidak habis mati, ia mewariskan biji agar kemudian diolah kembali bersama tanah, air, udara, dan matahari terus-menerus, seperti kata Tuhanmu "Kun Fakayakun", ia mati agar hidup kembali, ia mati agar senantiasa kekal dan abadi. 

Pertemuan kali itu dengan mas Iman merupakan yang pertama setelah beliau pamit dari dunia, beliau begitu santun menunjukkan kepadaku kebersamaan, ketersambungan, dan hubungan puisi dengan pohon. Persis seperti Tuhanmu mengenalkan konsep pohon dalam Al-Quran bahwa pohon menjadi model dari bangunan hidup dan simbol menempuh kehidupan, dari dasar sampai puncak kehidupan itu sendiri, tetapi ia tidak mati, dan meregenerasi sedia kala, selalu berotasi, dikenal dari biji dan akar kemudian dikembalikan lagi dan lagi, ia berulang kali regenerasi agar berulang kembali hidup abadi. 

Dan ziarah itu pun terjadi sore harinya, aku tidak mengatakan ini kebetulan atau kegeeran, namun manusia harus mempelajari, menemukan, dan memaknai hal-hal yang menyinggung, berhubungan dengan kehidupan apalagi kita sendiri yang merasakannya. Segala yang baik-baik pasti dari Tuhan, dan kita harus bisa memaknainya dengan kebaikan dan rasa syukur yang luar biasa kepada-Nya. 

Mimpi itu sangat nyata, dilengkapi pemahaman bahwa mas Iman dikenal sebagai manusia puisi dan tumbuhan, yang sampai temannya se-PSK menuliskan judul "Kehidupan Iman, Kehidupan Puisi", beliau sangatlah orang Jawa betul, sangat santun dan ramah dan semua itu mengimbas di karya-karya beliau. Dulu cukup lumayan kami silaturahmi kepada beliau di kontrakannya, mengajarkan puisi, tanda-tanda, dan laku kehidupan Jawa dll, bahkan sampai di liang kubur pun beliau masih mengajarkan makna-makna kehidupan lagi dan lagi. 

Seperti mati, tetapi ia terus mengajarkan.. 
Menunjukkan tanda-tanda yang belum sempat kami dapat
Seakan-akan hidup, namun jasadiyahnya tidak berperan
Ia kalah bersaing dengan waktu
Tidak dengan manfaat yang ditinggal
Tuhan memberi tahu akan mati
Agar mahkluk mengerti apa itu abadi.. 

Sangat banyak ilmu, pengetahuan, pengalaman, hal-hal yang bisa dan belum kami teguk dari beliau. Sampai pun dunia memisahkan raga dan nyawa, kehidupan puisi tetap kan kekal nan abadi. 

Alfatihah.. 

Di 16.00 WIB
Selasa, 04 Mei 2021
Yogyakarta

#Mestinya ditulis langsung tanggal 30 April tapi belum sempat



Share:

0 komentar:

Posting Komentar