Jadi mengapa aku masih bertahan, ada yang mengiringi keputusanku dan sebab skala prioritas itu aku berkali-kali mendapat sesuatu yang baru, yang mengindikasikan bahwa kematangan masih jauh dari cahaya. Aku mulai belajar sedikit demi sedikit akan adanya pageblug ini, aku merasakannya, banyak hal terjadi mulai dari PHK besar-besaran, defisit perekonomian, ketakutan, ketertekanan, perputaran nasib yang menyebabkan resah gelisahnya masyarakat. Ada yang mulai penjarahan di Perancis, pembatasan skala besar, lockdown, dan banyak lagi. Kesemuanya menjadikan "kemerdekaan" manusia lumpuh, kebebasan manusia yang dibanggakan telah bungkam oleh datangnya wabah penyakit.
Selama aku "berkhianat" atas keputusanku, dalam arti pasca-masa tenggang keputusan, aku perbarui lagi keputusan itu yang ternyata berbuah baik kemudian. Kahanan, Kesadaran, dan Pemahaman mengajariku banyak hal. Aku mulai membangun lagi paham paham yang rapuh dan tidak terbentuk, aku mulai belajar waktu efektif, tidur berkualitas dengan tetap kreatif-produktif, menjaga daya tahan tubuh agar supaya siap-kuat menghadapi sesuatu, minimal perihal pekerjaan. Itu semua aku bisikkan ke dalam diriku, jiwaku, batinku dengan agak memaksa dan sugesti.
Terus berjalan dan terus lelaku, keputusan yang mengiringiku adalah jangan sampai merepotkan orang lain, merupakan prioritas yang aku temukan. Dalam keadaan yang tidak menentu dan sebuah keputusan harus tetap diambil, maka mengerti skala prioritas adalah sebuah fadhilah yang harus ditempuh untuk menentukan keseimbangan laku hidup dan mantep pada keputusan itu.
Mengalami hidup merupakan anugerah terbesar yang kita rasakan atas izin Allah. Wacana ini akan aku tulis di judul berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar