Dari kebanyakan
pemahaman yang kita pakai adalah mengasumsikan bahwa kita butuh ini itu, dalam
arti kata, istilah yang kita simplifikasikan sedemikian rupa yang membuat kita
cukup alasan untuk mengejarnya. Dalam konteks inspirasi seringnya kita terjebak
dalam nomenklatur yang sepele dan sulit beranjak jika pemahaman itu sudah
sebegitu mengakar, katakan saja terdoktrin, sehingga akan kita simpulkan kita
butuh inspirasi maka kita harus ngopi atau pergi ke gunung, laut atau fenomena
alam lainnya.
Keterjebakan
terhadap suatu kata, istilah ini sayangnya dibawa oleh orang yang mengaku
seniman atau sastrawan, akhirnya semua orang percaya jika ingin mendapatkan perihal
inspirasi harus melalui prasyarat tadi. Entah apa pun istilahnya asalkan bisa
mencapai karya atau sesuatu yang dahsyat, maka ritus-ritus sebagai syarat kuno
menjadi kewajiban bagi para pencari inspirasi, ilham atau entah apalah namanya.
Sebenarnya ada
yang lebih mudah dan efisien jika mau merasakannya lagi, kalau pemahaman yang
kita pakai materi, mestinya akan kita turuti semua ritual tersebut dan pastinya
merepotkan dan menghabiskan waktu dan tenaga saja. Tapi, kan aku juga meminjam
istilah “panggilan”? apa sama juga, agaknya aku belum final dalam meniti,
mengalami dan menempuh kehidupan ini, itu istilah yang bisa saja disimplifikasikan,
namun tidak sebagai ritual dalam berkarya, hanya menuruti jiwa dan perasaan
hati saja. Menurut kata surosoku, aku menyapa dan menjemput jiwaku yang sudah
melambai di tempat yang terpanggil tadi.
Menurutku jika
mengalami dan penempuhan hidup didayagunakan dengan baik dan optimal, maka yang
berkarya entah menulis atau menggambar bukan lagi dari keinginan, melainkan
dari keharusan regulasi diri, jadi yang keluar hanyalah output wajar dan
alami dari diri. Bukan sesuatu yang dibuat-buat, karena memang demikianlah seharusnya.
Prosedur yang ditempuh manusia pastinya berbeda-beda, yang bisa aku sampaikan hanya
melatih diri mengalami dan memahami setiap pengalaman sehingga nantinya apa pun
yang diekstrak merupakan kontinuasi dari regulasi diri yang bersifat otomatis.
Tiada yang instan
untuk sesuatu yang hebat dan dahsyat, tetapi namanya manusia mestinya melalui
pembelajaran-pembelajaran dan berbagai simulasi pengalaman mengajarinya
mengerti sesuatu untuk dipraktikkan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar